Panca sata (kecil)
Upacara ini juga biasa disebut dengan “Segehan”, biasanya lauk pauk yang disediakan sangat sederhana. Seperti, bawang merah, jahe, garamm dan lain-lainnya. Jenis segehan inipun jugha mempunyai banyak macam-macam sesuai bentuk dan warna nasi yang digunakan. Adapaun jenis-jenis segehan adalah segehan kepel, segehan cacahan, segehan agung, gelar sanga, banten byakala dan banten prasyacita
Panca sanak (sedang)
Tingkatan upacara dalam tingkatan sedang atau madya (tengah) ini juga biasa disebut dengan nama “caru”. Pada tingkatan ini selain lauk pauk yang digunakan dalam upacara segehan juga menggunakan daging-dagingan dari binatang. Banyak jenis-jenis binatang yang digunakan tengantung dengan tingkat dan jenis carun yang dilaksanakan sendiri.
Adapun beberapa jenis caru tesebut adalah caru ayam berumbung (biasanya menggunakan 1 ekor ayam), caru panca sata (caru ini menggunakan 5 ekor ayam yang disesuaikan dengan arah atau kiblat mata angin), caru panca kelud caru ini menggunakan 5 ekor ayam ditambah 1 ekor itik yang digunakan sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk upaca yang akan dilakukan, dan caru rsi gana.
Tawur agung (besar)
Tingkatan yang utama ini di sebut dengan tawur misalnya tawur kesanga dan Nyepi yang jatuhnya setahun sekali, panca wali krama adalah upacara Bhuta Yadnya yang jatuhnya setiap sepuluh tahun sekali, dan eka dasa rudra yaitu upacara Bhuta Yadnya yang jatuhnya setiap seratus tahun sekali.
Upacara Bhuta Yadna ini dilakukan dengan tujuan penyucian/pembersihan buta kala, dan segala kekotoran hilang semuanya. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mencaru ini biasa diikuti upacara pengrupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori setiap rumah-rumah dan selurung pekarangan, menyemburi pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja hingga bersuara gaduh.
Tahapan ini bertujuan untuk mengusir buta kala agar tidak tinggal di pekarangan, rumah, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Lalu pada puncak acara Nyepi yaitu pada keesokan harina tibalah Hari Raya Nyepi yang sesungguhnya. Pada hari itu susana seperti mati. Tidak ada kesibukan dan aktivitas yang biasanya dilakukan.