Mohon tunggu...
Amara Danella
Amara Danella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun Pembelajaran Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Emosi Kapitalis oleh Nike terhadap Buruh Indonesia

29 Maret 2021   22:32 Diperbarui: 2 April 2021   05:24 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perusahaan brand besar Nike sudah terkenal sejak tahun 1972. Brand sepatu ini dikenalkan oleh Phil Knight yang dikenal sebagai pemilik perusahaan sepatu besar ini. Nike dikenal sebagai brand sepatu pelari terbaik hingga mampu memberikan sponsor besar-besaran kepada beberapa atlet lari dunia. Nike sudah dikenal dimana-mana bahkan sampai di Indonesia. Fantastisnya, harga yang ditawarkan oleh produk ini sangat tidak masuk akal. Berbeda dengan sepatu-sepatu dengan brand lokal lainnya, Nike berani memasang harga fantastis dalam setiap produksinya. Herannya, banyak juga konsumen yang meminati produk yang ditawarkan oleh perusahaan Nike tersebut. Apa sih yang membuat Nike berani memasang harga yang sangat di luar akal ini?

Nike awalnya bernama Blue Ribbon Sport yang lahir di Amerika dengan bantuan oleh Jeff Jhonson (Hadijah, 2019). Kerja sama yang dilakukan oleh Jeff dengan Phil melahirkan salah satu terobosan baru dalam sepatu olahraga, yaitu waffle outsole atau sol berpola waffle. Hal ini menjadikan Nike menjadi sepatu pertama yang meluncurkan tipe sepatu dengan pola waffle. Sol seperti itu terdapat di sepatu- sepatu seperti Waffle Racer, Air Force One, dan seri Air Max. Kerja sama yang dua orang inilah yang melahirkan nama Nike dan juga melahirkan logo “Just Do It”.

Perekonomian Nike mulai goyah ketika berada di pasar Korea Selatan. Hal ini memicu Nike untuk melebarkan penjualannya hingga ke Thailand dan Indonesia. Hal ini juga dilakukan karena upah kerja masyarakat tergolong rendah. Hal ini hingga saat ini membuat berbagai kontroversi di Indonesia. Nike memilih untuk membuka produksi di Indonesia dikarenakan upah tenaga kerja yang terbilang murah dan rendah. Pada tahun 2019 tepat di Hari Buruh Nasional di Indonesia, para tenaga kerja mengeluarkan berbagai tuntutan mereka atas perlakuan tidak pantas yang dilakukan oleh pihak Nike Indonesia. tuntutan tersebut berupa seruan para buruh untuk menghentikan perampasan upah kerja layak bagi mereka. Mereka juga menganggap bahwa selama ini pihak Nike tidak menjalankan kebebasan berserikat dengan baik di Indonesia (Raharjo, 2019). Hingga muncul meme seperti gambar di atas yang menunjukkan slogan Nike dengan gambar seorang anak sedang melakukan kegiatan menjahit.

Beberapa tahun yang lalu, perusahaan Nike memang sering mengalami isu perlakuan terhadap tenaga kerja yang sangat tidak layak. Seperti upah tenaga kerja yang tidak sesuai dengan waktu mereka bekerja, perlakuan bagaikan babu yang sangat tercela, tidak membiarkan mereka beristirahat hingga waktu bekerja non-stop terhadap setiap tenaga kerja. Mereka dibayar dengan sangat murah bahkan pernah ada isu bahwa mereka tidak dibayar. Namun, bagaimana bisa hasil dari produk yang mereka buat bisa mencapai puluhan juta ketika dijual dipasar industri?

Dalam postmodernisme, transformasi berbagai bidang mulai berubah. Seperti halnya, ekonomi hingga politik. Dalam perlakuan yang dilakukan oleh pihak Nike terhadap buruh tenaga kerja, merupakan salah satu bentuk emosi kapitalis yang sangat tinggi demi persaingan politik ekonomi di bidang industri. Nike merupakan produk besar yang sudah terkenal karena kualitas dan kepercayaan konsumen. Nike juga dikenal karena namanya yang sudah melekat di telinga para konsumen. Hal ini membuat Nike tentunya mencari keuntungan dalam setiap produksinya. Perlakuan mereka terhadap tenaga kerja merupakan sebuah emosi kapitalis yang mereka terapkan demi kelancaran ekonomi perusahaan. Tentu perusahaan Nike akan terus fokus pada hal produksi dan inovasi baru terhadap produknya, hal ini juga membuat efektivitas kerja para tenaga kerjanya meningkat. Apabila Nike tidak fokus pada sistem kapitalisnya, kesenjangan hidup para pekerjanya tidak akan seburuk isu-isu yang dilayangkan ke perusahaan ini. Di balik harga yang sangat fantastis itu ternyata ada pihak yang diperlakukan bak budak yang dicekik.

Proses transformasi semakin mendorong perusahaan untuk terus melakukan inovasi dan mengharuskan mereka merekrut jumlah tenaga kerja lebih banyak. Namun, sayangnya hal tersebut hanya membuat para tenaga kerja makin tercekik ekonomi karena pendapatan mereka yang tidak sesuai dengan waktu mereka bekerja. Banyaknya tenaga kerja juga menyulitkan pihak Nike dalam mengatur keuangan atau gaji mereka. Hal ini juga yang menyebabkan Nike harus diterpa isu-isu dan penolakkan oleh beberapa tenaga kerjanya. Perlakuan kapitalis jaman dulu terbilang cukup kuat apalagi pada jaman postmodernisme yang mulai memasuki era-era pembaruan di dalamnya, para buruh juga tidak berani membuka mulut karena adanya kecaman-kecaman kecil dari perusahaan apabila mereka menjelek-jelekan nama perusahaan.

Daftar Pustaka :

Hadijah, S. (2019). Mengenal Nike, Brand Sepatu Fenomenal Paling Dicari di Seluruh Dunia. Cermati.com. diakses pada 29 Maret 2021 di https://www.cermati.com/artikel/mengenal-nike-brand-sepatu-fenomenal-paling-dicari-di-seluruh-dunia.

Raharjo,D.B. (2019). Buruh Perusahaan Sepatu Nike: Harga Produknya Selaingit, Buruhnya Dicekik. Suara.com. Diakses pada 29 Maret 2021 di https://www.suara.com/news/2019/05/01/121017/buruh-perusahaan-sepatu-nike-harga-produknya-selangit-buruhnya-dicekik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun