Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Orang Mudah untuk Bunuh Diri?

2 Maret 2023   11:57 Diperbarui: 2 Maret 2023   12:02 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas Health) 

Salah satu akar dari sebuah tindakan bunuh diri adalah akibat depresi yang akut. Depresi merupakan suatu kondisi jiwa yang tidak normal. Gejala utamanya suasana hati yang turun naik secara ekstrem dalam jangka waktu lebih dari dua bulan, sehingga mengganggu hidup sehari-hari. Pada bentuknya yang paling ekstrem, mampu mendorong orang untuk bunuh diri. (bdk. Reza A. A. Wattimena, Urban Zen, 2021).

Gejala depresi yang muncul kerap dipengaruhi oleh berbagai macam hal misalnya konflik dengan diri sendiri. Hal ini membuat diri menderita dan sangat jauh dari kedamaian. Konflik yang timbul berangkat dari berbagai tawaran kehidupan yang kerap selalu kontras dengan situasi batin dan keberadaan diri. Sering kali berbagai tawaran kenikmatan yang datang selalu memaksa emosi dan pikiran untuk segera mengikutinya. Ketika ditolak maka yang terjadi adalah konflik batin yang tiada tara. Kita semakin stres dengan beban pikiran yang akut. Semakin pikiran dan emosi ini ditolak justru membuat penderitaan semakin besar dan konflik terhadap diri pun terus terjadi.

Menyitir Reza dalam bukunya, bahwa konflik dengan diri sendiri dapat dipahami dalam tiga hal. 

Pertama, orang tak memahami hakikat dari pikiran dan emosi yang ia miliki. Ia mengira, bahwa pikiran dan emosi adalah sesuatu yang nyata dan benar. Akibatnya, ia mencengkeram semua pikiran dan emosi yang datang, lalu hanyut di dalamnya.

Kedua, karena orang tak paham akan emosi dan pikiran yang ia punya, ia pun tak mampu mengelolanya dengan tepat. Ketika marah dan sedih, ia akan sangat menderita. Ketika bersuka dan berbahagia, kecemasan pun membayangi karena ia sadar bahwa semuanya itu sementara. Ketiak orang tak mampu mengelola emosi dan pikiran yang ia punya, konflik dengan orang lain pun tak terhindarkan.

Ketiga, semua ini mendorong orang untuk hanyut pada emosi dan pikiran, tanpa henti. Hidup semacam ini melelahkan dan menguatkan dorongan untuk bunuh diri. kenikmatan apa pun tidak akan bisa memberikan jalan keluar, selain hanya pengalihan yang bersifat sementara, tetapi membawa derita lebih besar selanjutnya. 

Pilihan Alternatif

Berangkat dari akar penyebab dari tindakan bunuh diri adalah emosi dan pikiran maka pilihan alternatifnya adalah berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dengan emosi dan pikiran yakni menyadari 'kehadiran' emosi dan pikiran tanpa menanggapinya. Sebab keduanya ibarat cuaca yang selalu datang dan pergi. Sedangkan yang tertinggal tetap itu adalah kesadaran. Kesadaran yang dimaksud adalah sebuah kondisi sebelum pikiran dan emosi datang. 

Selanjutnya adalah selalu membangun relasi yang baik dengan diri kita sendiri, termasuk pikiran dan emosi yang datang dan pergi. Dari proses inilah maka lahirlah kejernihan dan kedamaian. Ada banyak cara yang bisa ditempuh seperti meditasi dengan merasakan irama udara yang keluar dan masuk. Membangun kesadaran saat ini dan kini. 

Rujukan:

1. Reza A. A. Wattimena.2021.Urban Zen (Tawaran Kejernihan Untuk Manusia Modern). Jakarta Barat: Karaniya.

2. www.wikipedia.com

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun