Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Ritual "Jambat" sebagai Spirit Adat bagi Bumil di Kampung

17 November 2021   02:39 Diperbarui: 17 November 2021   02:49 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret ritual "jambat" di kampung || Dokumen Pribadi. 

Menurut asumsi mereka, terutama seturut anggapan para orang tua yang mempunyai pengalaman tersendiri, bahwa selama seorang perempuan sedang mengandung pasti mengundang rasa iri atau dengki dari orang lain. Entah itu dari rumpun keluarga dekat maupun dari sesama warga kampung lainnya. Untuk itulah ritual jambat dipandang sangat penting untuk dilaksanakan.

Kedua, untuk menjaga kesehatan si ibu yang mengandung tersebut. Baik itu kesehatan fisik maupun psikis (mental). Melalui upacara ini, si ibu tidak lagi merasa takut dan cemas mengenai dirinya dan keadaan kandungannya. Dengan begitu, ia pun dipandang sudah siap untuk melahirkan dengan selamat.

Ketuga, sarana penghapusan noda batin yang mungkin pernah tercela dari bumil dan suaminya, yang terjadi pada waktu silam. Entah itu menyangkut kekeliruan atau kekecewaan dan kemarahan antara mereka berdua juga antara mereka dengan orang lain (mantan pacar, keluarga dan lainnya). 

Untuk itu, melalui ritual jambat ini semua perlakuan buruk (kesalahan) itu dihapuskan secara sacral. Tentunya melalui perantaraan leluhur. Sehingga, proses usia kandungan sampai dengan waktu melahirkan tiba, senantiasa berjalan dengan aman dan selamat.

Itulah ketiga tujuan penting dari upacara jambat Manggarai.

Agar ketiga tujuan utama tersebut dapat tercapai, maka beberapa prasyarat penting harus diperhatikan. Prasyarat penting tersebut menyangkut siapa saja yang turut terlibat di dalamnya, juga menyangkut materi (benda dan hewan) yang harus disiapkan terlebih dahulu.

Pertama, pihak yang turut ada ketika hendak melakukan upacara jambat adalah: tua adat (sebagai juru bicara), ipar (saudari suami) si ibu yang mengandung, bapa dan mama mantu, juga beberapa dari pihak keluarga besar (diundang secara khusus). 

Kemudian yang kedua, menyangkut materi yaitu: ayam jantan berbulu burik (manuk rasi) dan ayam betina berbulu cokelat (manuk lale), satu ikat bakalan buah pinang, daun sirih, buah pinang yang sudah tua, kemiri yang sudah dibersihkan dari kulitnya, kapur sirih dan pelepah dari pohon pinang.

Ketika semua persyaratan di atas sudah lengkap, maka tua adat dapat melangsungkan ritual jambat tersebut. Prosesnya berlangsung di dalam kamar tidur si ibu yang mengandung bersama suami. Laki-laki bersama tua adat duduk di muka pintu kamar sambil menghadap ke dalam kamar. 

Kemudian, si ibu yang mengandung duduk berhadapan dengan ipar dengan kedua telapak kaki saling bersentuhan. Sedangkan mama mantu duduk di samping si ibu yang mengandung.

Ketika tua adat mulai torok (mengucapkan syair adat) melalui kurban ayam, mama mantu bersama dengan ipar yang lainnya meminyaki rambut si ibu yang mengandung dengan kemiri, sambil memakan sirih-pinang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun