Akibat dari degradasi hutan ini menyebabkan menipisnya daya serap emisi Co2 di atmosfer. Dan pada gilirannya, tingkat emisi gas rumah kaca di atmosfer akan semakin memperparah.
Dengan demikian, semakin menebalnya kuantitas emisi Co2 di atmosfer membuat sebagian sinar matahari yang dipantulkan kembali ke atmosfer menjadi terhalang. Suhu di bumi semakin meningkat dan cuaca ekstrem siap melanda di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
2. Dampak
Fenomena perubahan iklim yang terjadi secara drastis sekarang ini turut dibuktikan dalam dua dampak berikut:
Pertama, telah terjadi anomali cuaca atau kekacauan musim yang memperlihatkan bahwa negara dengan pola empat musim kini sudah tidak lagi reguler terjadi empat musim secara normal.
Demikian pula di negara-negara dengan pola dua musim, seringkali terjadi hujan dengan disertai banjir besar justru pada musim kemarau.
Ini merupakan sebuah hal yang tidak normal. Pola hujan dengan tingkat curah hujan yang melampui tingkat yang normal yang disertai dengan banjir dan longsor menelan korban jiwa dan harta benda.
Demikian pula sebaliknya, terjadi kemarau panjang yang ekstrem dan parah di luar batas kenormalan.
Sehingga, menyebabkan terjadi kekeringan yang sangat parah, seperti: hilangnya sumber air, sungai-sungai menjadi kering, jumlah lahan gersang semakin meningkat yang menyebabkan produksi pertanian menjadi gagal, volume air danau semakin menurun, dan lain sebagainya.
Kekeringan dengan suhu panas yang ekstrem juga memperbesar potensi terjadinya kebakaran hutan di daerah tropis yang pada gilirannya akan semakin meningkatkan konsentrasi Co2 di atmosfer yang akan semakin memperparah kekacauan atau perubahan iklim global terebut.
Yang paling mengkhawatirkan adalah kejadian gelombang panas di negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat yang menelan korban jiwa.
Sebaliknya juga, di musim dingin terjadi suhu udara dingin yang ekstrem yang disertai dengan badai salju sampai melumpuhkan aktivitas manusia, termasuk transportasi di Eropa, Jepang, India dan Cina menjadi lumpuh. Atau salju dengan ketinggian lebih dari satu meter benar-benar melumpuhkan kota-kota seperti Washington, Baltimore, Philadelphia dan New York. (bdk. A. Sony Keraf, op. cit).