Mohon tunggu...
Amalia Salwa
Amalia Salwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maliki Malang

Little girl with big heart ♥

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sepenting Itukah Belajar?

23 September 2022   14:40 Diperbarui: 23 September 2022   14:50 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Written by Amalia Salwa - September, 2022

Belajar, adalah satu kata yang dapat memicu 'alergi' terhadap sebagian seseorang. Hal tersebut dapat terjadi karena belajar sering dianggap tidak penting dan orang-orang lebih cenderung memilih belajar yang instan atau instant searching. 

Instant searching itu juga dapat menjadi salah satu indikator untuk mengtahui apa saja yang orang-orang inginkan. Hanya dengan menggunakan ponsel lalu ketik di 'mbah Google' segala informasi yang kita mau dapat ditemukan dengan cepat. Lusinan buku penuh tulisan membosankan yang terlintas dipikiran seseorang ketika mendengar kata "belajar" menjadi pemicu malasnya membaca.

Tidak sedikit orang menyalah artikan kata 'belajar', jika kita bertaya ke orang tua, untuk apa sih kita sekolah? Untuk apa kita belajar? Mungkin jawaban yang sering dilontarkan orang tua adalah "ya supaya kamu bisa pintar dan bisa cari uang". 

Bagi Sebagian orang lain muncul variasi jawaban yang berbeda, seperti contoh "supaya kita bisa diterima diperusahaan ternama", "jadi pejabat", dansebagainya. Tapi apakah benar hanya sampai sini saja? Jika sudah mencapai hal itu semua apa bisa dikatakann orang tua dan anak berhasil?

Sering kali kita jumpai banyak orang tua yang berekspetasi tinggi terhadap anak mereka yang akhirnya menjadikan beban pikiran hingga mempengaruhi psikologis anak yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. 

Harapan dan keinginan sering kali ditekankan dan dilimpahkan ke anak. Perlu digaris bawahi bahwa tidak semua keinginan orang tua itu buruk bagi anak, karena setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. 

Namun, sering tidak disadari bahwa harapan yang tidak sesuai dengan kemampuan anak-lah yang pada akhirnya menjdikan beban kepada anak. 

Lalu bagaimana jika kita mengubah suatu ekspektasi berlebihan menjadi apresiasi disetiap langkah yang dipilih indivisu atau anak? Bukankah itu lebih masuk akal.

Pernahkah dari kita mendengar "apa yang kita dapatkan dan lakukan sekarang adalah hasil dari belajar". Ini megungkapkan bahwa kita tidak bisa apa-apa tanpa mendapat atau mempelajari sesuatu terlebih dahulu. 

Belajar itu tidak serta-merta hanya mengikuti pembelajaran di kelas, namun belajar itu bisa dilakukan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun. Belajar itu merupakan sebuah proses dimana ada individu yang mencari tahu tentang sebuah hal yang awalnya dia tidak tau, dengan belajar dia menjadi tau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun