Mohon tunggu...
Amalia Putri Salsabila
Amalia Putri Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa - Universitas Airlangga

mendengarkan musik adalah hal yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sektor Pertanian Penopang Perekonomian Nasional, Mengapa Masih Banyak Petani Belum Sejahtera?

22 Mei 2023   20:18 Diperbarui: 23 Mei 2023   16:08 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia adalah negara agraris karena sektor pertaian yang menjadi penopang perekonomiannya. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dengan posisi Indonesia yang sangat strategis ini. Secara geografis, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi dan keanekaragaman hayati. Kondisi ini yang membuat Indonesia memiliki lahan yang subur dan banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik dan cepat.

Pertanian di Indonesia memiliki potensi yang begitu besar untuk terus berkembang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk sektor pertanian. 

Sektor pertanian pada tahun 2021 tumbuh 1,84% dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 13,28%. Kemudian pada kuartal 2 tahun 2022, sektor pertanian menunjukan konsistensi dengan pertumbuhan positif 1,37% dan berkontribusi 12,98% terhadap perekonomian nasional. Keadaan ini menjaga kesejahteraan petani dengan capaian Nilai Tukar Petani (NTP) tertinggi pada Maret 2022 yakni sebesar 109,29 sedangkan NTP pada Juli 2022 tercatat sebesar 104,25.

Kementerian Keuangan Indonesia (Kemenkeu) menyatakan bahwa sektor pertanian menjadi  salah satu diantara dua sektor lainnya yang dapat menopang perekonomian nasional akibat krisis pandemi Covid 19 yang berkepanjangan. Kemenkeu juga mencatat bahwa sektor pertanian mampu menyerap tenga kerja yang cukup tinggi sehingga mengurangi pengangguran pada usia produktif.

Namun, faktanya dengan kontribusi sektor pertanian yang sebesar itu, masih banyak permasalahan yang hingga kini dihadapi para petani dan tak kunjung ada solusi. Mulai dari persoalan mengenai harga gabah yang tak pernah berpihak kepada petani. 

Pemerintah kerap menggantungkan kegiatan impor beras dengan alasan sebagai kebutuhan untuk menambah cadangan beras di dalam negeri, yang mana sebenarnya produksi padi dari petani lebih dari cukup untuk menjadi cadangan pangan. Karena harga gabah yang selalu rendah pada musim panen, membuat para petani kehabisan modal dan bahkan merugi. Para petani memutuskan untuk menjual lahannya pada para kapitalis sehingga beralih fungsi menjadi perumahan. Hal ini menguatkan kebijakan pemerintah untuk impor beras karena menurunnya hasil panen.

Seharusnya, pemerintah memikirkan kebijakan yang dapat meningkatkan pertanian. Mungkin tidak maksimalnya hasil panen karena kualitas SDM yang kurang sehingga perlu dilakukan peningkatan mutu. Sehingga, dengan kualitas SDM yang mumpuni akan dapat membuat inovasi untuk meningkatkan hasil produksi berlipat. Ketika petani sejahtera, maka tidak akan mungkin untuk menjual lahannya dan hal ini akan menjamin ketersediaan cadangan pangan indonesia.

Selain itu, kebijakan tentang pembatasan pupuk bersubsidi juga kurang tepat ditetapkan karena tidak dibarengi dengan sosialisasi pemberian atau pembuatan pengganti pupuk. Seharusnya pemerintah memberikan solusi pengganti untuk penggunaan jenis pupuk yang dibatasi, sehingga petani tetap dapat memaksimalkan hasil panen tanpa mengandalkan pupuk non subsidi.

Menghawatirkannya kehidupan petani saat ini memunculkan stigma negatif bahwa pekerjaan petani dianggap tak menjamin sukses di masa nanti. Sehingga saat ini, sangat sedikit generasi muda yang mau menjadi seorang petani.

Namun, pemerintah masih tega memanfaatkan kesederhanaan hidup petani untuk dieksploitasi demi terciptanya figur publik yang baik hati dengan kebijakan - kebijakan sampahnya. Sudah seharusnya para petani merasakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan di negara agraris ini. 

Petani merupakan profesi yang sudah seharusnya ada di negara agraris ini. Berkat merekalah kita bisa makan dan mencapai swasembada pangan. Tidak perlu banyak peraturan dan perundang-undangan, hanya kesejahteraan yang mereka butuhkan, pelatihan pengembangan untuk variasi tanaman juga inovasi pupuk alami.

Memang benar ini bukan semata tanggung jawab pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Namun, membutuh kolaborasi seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat kerjasama dan kolaborasi dalam upaya memajukan sektor pertanian, serta mengatasi semua persoalan yang tengah dihadapi para petani. 

Oleh karena itu, kita harus sadar bahwa pertanian adalah pondasi utama dalam mendorong pembangunan Indonesia, hidup matinya sebuah negara ada di tangan sektor pertanian negeri tersebut, karena negara ini adalah negara agraris.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun