Mohon tunggu...
Amalia Agustin
Amalia Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Permasalahan UMKM di Masa Pandemi

9 September 2021   20:14 Diperbarui: 9 September 2021   20:24 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Permasalahan "Mie Ableh" ditengah Pandemi COVID-19

Pada peradaban saat ini tepatnya di era pandemi Covid-19 ekonomi dunia sedang mengalami gelombang penyusutan, dimana banyak pelaku bisnis mengalami dampak negatif akan pemasukan keuangan. Permasalahan - permasalahan yang marak terjadi adalah penurunan tingkat penjualan dikarenakan banyaknya konsumen yang meminimalisir pengeluaran. Hal ini merupakan pemicu terjadinya persaingan yang tidak baik di sektor bisnis dari segi apapun itu. Di Indonesia sendiri seluruh pelaku bisnis dituntut untuk melahirkan ide - ide kreatif yang mampu menarik konsumen dengan sehat. Inovasi sendiri adalah simbol perjuangan bagi seluruh pengusaha yang harus dijadikan sebagai visi agar majunya perekonomian bangsa dan negara.

Indonesia saat ini dihadapkan dengan hiruk pikuk permasalahan ekonomi. Hal ini dipastikan dengan banyaknya usaha yang lumpuh ditengah-tengah masyarakat dikarenakan minimnya konsumen. Seperti yang dikabarkan dalam berbagai media nusantara bahwasanya ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja, masyarakat Indonesia sendiri sudah menyadari akan hal itu semenjak COVID-19 memasuki negara Indonesia. Berbagai macam spekulasi - spekulasi bermunculan dalam segala aspek negara terutama dalam bidang perekonomian, spekulasi tersebut terbentuk akibat banyaknya isu-isu yang bertebaran dan hal ini lah yang membuat pelaku bisnis harus menata ulang strategi pemasaran agar terhindar dari pemikiran-pemikiran kuno masyarakat.

Covid-19 berdampak ke segala sektor, salah satunya sektor ekonomi. Hal ini dirasakan secara signifikan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengalami krisis ekonomi. Pasalnya, menurunnya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19 juga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha UMKM. Krisis ekonomi yang dialami UMKM tanpa disadari dapat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu pembinaan dan bantuan untuk pelaku UMKM di masa pandemi perlu menjadi perhatian banyak sektor terutama lembaga pemerintah.

UMKM merupakan singkatan dari usaha mikro kecil dan menengah, kini menjadi bisnis yang yang banyak diminati dalam pergerakan roda ekonomi berskala mikro maupun makro. Yang memiliki dampak yang sangat masif untuk negara dan pula keuntungan yang dihasilkan sangatlah menggairahkan. Saat ini UMKM mengalami aneka macam pertarungan misalnya penurunan penjualan, permodalan, distribusi terhambat, kesulitan bahan baku, produksi menurun & PHK buruh, hal ini sebagai ancaman bagi perekonomian nasional. UMKM menjadi penggerak ekonomi domestik & penyerap energi kerja tengah menghadapi penurunan produktivitas yg menjadikan dalam penurunan profit secara signifikan.

Di Kabupaten Malang, tepatnya di daerah Lawang terdapat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dirintis oleh ibu Sri. Ibu Sri memulai usaha mikro karena terkena PHK pada bulan agustus 2020 dan pada saat itu sedang ramai - ramainya COVID-19. Kemudian dibulan oktober memulai usaha dengan berjualan kripik pedas seperti makaroni bulat, makaroni spiral, basreng balado, basreng pedas, kripik usus, kripik pisang dan lain-lain. Tetapi hanya berjalan 1 bulan, karena kurangnya strategi pemasaran. Dibulan berikutnya mencoba lagi dengan membuka usaha mie. Dikenal masyarakat dengan nama "Mie Ableh" atau yang artinya mie pedas yang bisa membuat mulut sampai terbakar.

Mie ableh adalah makanan yang cocok disaat musim saat ini. Mie ableh juga menyewa kios di koperasi karyawan PT. Otsuka yang berada di Sumber Waras Lawang. Mie ableh melayani pemesanan ditempat, Delivery Order (DO), dan juga melalui aplikasi online seperti grabfood atau gofood. Tetapi karena adanya pemberlakuan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan tidak diperbolehkan untuk berkerumun dan harus menjaga jarak minimal 1 meter, kini mie ableh hanya melayani pesanan take away dan grabfood atau gofood saja. Dengan adanya jasa aplikasi online, bisa mempermudah masyarakat apabila ingin memesan makanan tetapi takut untuk keluar rumah.

Mie ableh mempunyai banyak varian menu dan juga berbagai macam topping seperti sosis, nugget, baso, siomay, pentol dan beef. Levelnya pun juga bermacam-macam, mulai dari adik PAUD, adik pramuka, hansip, kopral, letnan, kolonel sampai jendral. Harganya pun terjangkau hanya Rp. 9.000,00 sampai Rp. 10.000,00 / porsi. Usaha mie ableh ini terdampak pandemi, karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang meminimalisir akses jalan keluar kota dan pembatasan jarak yang melarang masyarakat untuk melakukan perjalanan jauh sehingga tidak bisa mengambil bahan baku yang berada di Surabaya. Selain itu juga karena kurangnya pasar atau strategi pemasaran, akibatnya mie ableh terpaksa tutup total dan tidak melanjutkan untuk berjualan. 

Sedikit saran dari saya pribadi sebaiknya ibu Sri juga mencoba untuk membuat bahan baku sendiri agar lebih mudah untuk mengisi stok. Selain itu, strategi pemasaran juga harus lebih diperbaiki misalnya memperbanyak relasi atau bisa juga menggunakan Google Ads atau promosi melalui media sosial seperti Facebook, Tiktok, Instragram dengan membuat video se kreatif mungkin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun