Mohon tunggu...
Amalia Ghina
Amalia Ghina Mohon Tunggu... Lainnya - Hiduplah seperti slogan Chitato 'Life is never flat'

Seorang mahasiswi dari Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter dalam Ajaran Tasawuf

15 Juli 2020   14:47 Diperbarui: 15 Juli 2020   14:54 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan karakter di Indonesia amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar-pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap yunior, penggunaan narkoba, dan lain-lain. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berperan sebagai "kemudi" dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.

Pembentukan karakter dalam diri individu ini akan sangat bermanfaat dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, baik itu ketika masih bersekolah maupun setelah lulus dari jenjang pendidikan yang diikutinya. Membentuk karakter merupakan proses yang berlangsung seumur hidup dan bagian penting kinerja pendidikan. Karakter merupakan bentuk kepribadian yang melekat pada diri seseorang. Kedisiplinan dalam arti luas yaitu cermin dari kehidupan masyarakat bangsa dan bernegara. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa dapat dibayangkan seberapa tingkatan tinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya.

Nilai substansial dari pendidikan tasawuf itu adalah proses penyucian jiwa (tazkiyat an-nafs) untuk mencapai kedekatan kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Penyucian ini penting dalam rangka mendekatkan diri kepada Yang Mahasuci, yaitu Allah SWT, karena Yang Mahasuci hanya bisa didekati oleh yang suci juga. Penyucian diri yang bisa berbentuk menahan diri dari hawa nafsu, syahwat dan amarah. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, atau melakukan latihan- latihan jiwa (riyadhat al-nafs) dalam berbagai disiplin, termasuk 'uzlah, zuhud, dan latihan jiwa lainnya. (Siroj, 2006).

Nurcholis Madjid mengemukakan bahwa substansi dalam pendidikan tasawuf adalah penghayatan esoteris yang bersifat spritual. Contohnya, kalau para ahli fiqh atau guru agama Islam mengajarkan atau membahas mengenai sholat, maka yang dibicarakan adalah bagaimana pakaiannya, tempatnya, suci apa tidak, bagaimana wudhu'nya sudah benar apa belum dan bagaimana kiblatnya dan lainnya.

Kesemuanya itu dalam pandangan sufi sebagai "trivial things" (suatu hal yang lumrah sekali). Bagi para sufi, sholat itu sebagai suatu peristiwa dialog dengan Allah, serta sebagai peristiwa mengintenskan kesadaran akan kehadiran seorang makhluk di depan khaliknya dan khalik dalam kehidupan seseorang. Maka para sufi ini suka mengatakan bahwa sholat ini merupakan eskalasi atau mi'raj bagi hambanya yang beriman.(Wanto, 2014).

Ada beberapa strategi pendidikan tasawuf yang ditawarkan para sufi dalam mencerdaskan ruhani yang harus ditanamkan dalam semua jenjang pendidikan di Indonesia sebagai upaya membangun moralitas anak bangsa. Pertama, adalah dengan penyucian jiwa (tazkiyat an-nafs) yang meliputi: 1. Ijtinabul manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah.

Semua larangan Allah wajib ditinggalkan dengan segala kemampuannya, tidak boleh pilih-pilih. 2. Ada'ul wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah. Semua perintah Allah wajib dilaksanakan, sesuai kemampuannya tapi dalam batas yang telah ditentukan 3. Ada'un nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah, sebagai ibadah penyempurna ibadah wajib dan 4. Ar-Riyadlah, ialah latihan spiritual agar dapat istiqamah dalam menjalankan seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak dzikir-Nya (dzikran katsira).(Mansoer, 2004)

Strategi kedua, adalah Mujahadah an-Nafs, adalah latihan pembersihan jiwa, sehingga membuahkan moral yang baik, dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu: Pertama Takhalli, yaitu suatu usaha mengosongkan diri dari sifat- sifat yang tercela dan maksiat lahir maupun batin, seperti: sikap gampang marah, mudah tersinggung, buruk sangka, senang pamer, gila pangkat, gila dunia, banyak mengumpat, banyak bicara. Selama manusia belum membenci, membuang kebiasaan jelek tersebut, maka nafsu akan senatiasa memperbudak manusia.

Kedua Tahalli, yaitu suatu usaha untuk mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan taat secara lahir dan batin, seperti jujur, sabar, ikhlas, amanah, khusnudhan, pemaaf, pemurah, syukur, ridha, tawakal dan lainnya. Ketika Tajalli, yaitu singkatan di mana ia merasakan rasa ketuhanan dengan mencapai kenyataan hakikat mengenal Allah seperti perasaaan tenang, tentram, bahagia, ceria, selalu rindu cinta tertuju pada Allah, apa saja yang menimpa dirinya baik nikmat maupun musibah dirasakannya sebagai kasih sayang Allah kepada hambaNya. (Ausop, 2014)

Pendidikan tasawuf strategi utamanya adalah pendekatan diri pada Allah dengan mensucikan hati, karena hati yang sudah bersih dan suci maka yang muncul adalah perbuatan baik dan mulia, hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Allah tapi malah daat mengemal Allah. Jadi pendidikan tasawuf dijadikan amunisi utama dalam perbaikan moralitas anak bangsa.

Di zaman global era revolusi industri 4.0 yang serba digital dan serba materialistik yang gersang dari nilai-nilai spiritualitas ini, kehadiran pendidikan tasawuf justru sangat dibutuhkan. Krisis multidimensi, kejumudan dan kemunduran umat bukan disebabkan doktrin dan ajaran tasawuf yang salah, melainkan justru akibat dunia pendidikan dan masyarakat Indonesia meninggalkan nilai-nilai tasawuf. Dekadensi moral yang melanda masyarakat modern saat ini, diakibatkan keringnya penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun