Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengurangi Kepadatan Penduduk

1 Oktober 2021   08:01 Diperbarui: 1 Oktober 2021   08:15 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Instagram/KOMPAS.COM)

Salah satu sasaran besar dari program Keluarga Berencana adalah menjadikan jumlah penduduk Indonesia tidak menjadi padat tak terkendali. Tetapi penambahan jumlah penduduk yang bisa menjadi sehat dan cerdas melalui program Keluarga Berencana, yakni dilahirkan anak-anak lelaki-perempuan sama saja dalam jumlah terencana/terkendali.

Jumlah anak-anak terencana dan dibatasi demi unsur kemampuan ekonomis untuk menjadikan anak-anaknya terdidik sebagai manusia Indonesia yang cerdas. Bukan berjubelnya jumlah manusia namun banyak darinya yang kurang berkemampuan dari aspek sosial-ekonomi dan tidak bermanfaat bagi negara dan bangsa, sehingga bisa membawa kerentanan dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.

Lalu apa hubungannya dalam proses melawan pagebluk covid-19 sekarang? Adakah peristiwa-peristiwa yang dalam skala luasnya mempengaruhi program tersebut?

Kaitkan peristiwanya dengan kejadian ukuran kecil namun secara sosial-politis dan psikologis-massa bisa menular pada tingkah-laku masyarakat tertentu, yakni ketika para nelayan dan pedagang ikan di pelabuhan-ikan Ujung Serong, Aceh Barat Daya (Aceh) yang menolak divaksin cuma-cuma dengan cara mengobrak-abrik gerai vaksinasi yang dipersiapkan. Akibatnya, para nakes untuk vaksinasi itu kabur dan seorang menderita luka-luka benturan, 153 dosis vaksin Sinovac berikut perlengkapan medis berantakan/rusak.

Meski sudah ada beberapa orang yang disidik Polisi sebagai penggerak aksi brutal tersebut, namun dari Pemerintah Daerah Aceh Barat Daya atau Provinsi Aceh, tidak terdengar pernyataan menyesal, sayang terjadi dan entah apa lagi. Yang jelas tindakan macam itu menunjukkan mentalitas atau tingkat pengetahuan masyarakat pelakunya yang rendah. Upaya Pemerintah Pusat dan juga banyak Pemda, adalah menjaga agar covid-19 tidak berkembang-biak dan  dapat membawa kematian, termasuk yang di Aceh.  Sayang, perbuatan perusakan itu menghancurkan obat-obatan/vaksin yang sulit didapat berikut kelengkapan medisnya yang masih harus diimpor.

Lalu bagaimana selanjutnya?

Kelompok orang yang terpicu hasutan merusak tersebut jelas didorong oleh sikap meragukan vaksinasi dan kesombongan yang merasa kebal dari covid-19. Jadi, kira-kira Pemerintah Pusat dan Daerah tidak usah repot-repot menganjurkan atau cara pendekatan lain kepada mereka untuk bervaksin. Percuma saja.

Mungkin salah satu tujuan dalam KB nantinya berlaku bagi mereka. Jalan yang ditempuh mereka tidak benar bila ditinjau dari program KB kita dalam pengurangan jumlah penduduk dengan kematian akibat covid-19. Kalau perlu, bila ada Puskesmas di daerah itu, hendaknya dinyatakan tertutup menerima pasien terinfeksi covid-19. Bila disana ada Rumah Sakit, bila perlu menutup pintu bagi pasien-pasien demikian, yang merasa kebal infeksi pagebluk itu. Pelajaran pahit perlu diterapkan, sehingga keyakinan atas kesadaran diri atau anjuran tokoh sosial-budaya setempat yang salah arah itu dapat disadarkan atas pengalaman pahit yang bisa menimpa mereka.

Meskipun pengurangan kepadatan jumlah penduduk didaerah tersebut tidak kita harapkan dengan cara itu, akan tetapi untuk merubah keyakinan  yang salah arah  dan berakibat fatal merugikan tersebut perlu pelajaran pahit. Tujuannya, agar tidak ada kelompok orang didaerah lain yang meniru tindakan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun