Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bencana Besar Perubahan Iklim

8 April 2021   16:13 Diperbarui: 8 April 2021   16:23 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.COM/ANTARA FOTO/PION RATULOLI)

Tidak seorangpun bisa disalahkan dalam tragedi 4 April lalu. Lagi-Lagi di belahan timur Indonesia. Kali ini bukan gempa besar seperti di Sulawesi Tengah tahun lalu dan Sulawesi Barat awal tahun ini, akan tetapi angin ribut alias badai bersama air hujan lebat dan gelombang laut menimpa Nusa Tenggara Timur.  

Badai siklon (cyclone) besar yang dinamai indah, yakni "Seroja", tiba-tiba muncul di Laut Flores menuju selatan memasuki Laut Timor dan Selat  Dubai, lalu menghantam daratan kepulauan di bagian timur dari NTT. Bencana itu menghantam pantai, dataran dan pegunungan pada saat umat Kristiani di seluruh provinsi itu dalam menghadapi puncak upacara Paskah 2 April lalu. 

Belum pernah bencana alam berupa badai dari lautan membawa sedemikian besar kerusakan dan korban jiwa hampir di seluruh pulau-pulau NTT, yang menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 7 April lalu, sudah terhitung 138 orang tewas dan lk. 61 hilang serta 129 luka-luka terseret banjir bandang pembawa lahar dingin dan terpendam tanah longsor bersama rumah mereka dan lain-lain. 

Sekitar lebih dari 688 buah rumah rusak berat atau hancur, serta beberapa jembatan terputus dan jalanan terpendam longsoran pegunungan. Juga dua kapal api/ferry tenggelam dihantam ombak, meski masih di dermaga Kupang.      

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, siklon "Seroja" itu hampir setiap tahunnya bisa terjadi. Namun selalu di lautan. Baru pertama kalinya ini memasuki daratan. Justru di Indonesia, yakni di ujung timur pulau Flores. Kejadian tersebut terbawa oleh kondisi perubahan iklim dunia yang memanas.  

Pemerintah secara besar-besaran mengirimkan bantuan, meskipun tidak semua bisa dicapai oleh kendaraan darat karena jalanan tertutup, tanah atau jembatan-jembatan yang putus, sehinggga diperlukan beberapa pesawat helicopter ataupun kapal laut bila gelombang tidak lagi besar. Kesulitan macam itu dapat dimaklumi, karena satu dengan lain wilayah Kabupaten d NTT itu terpisah-pisah dalam bentuk beberapa pulau.

Kisah tragis itu masih berlangsung terus dalam bulan ini dan bulan-bulan menda-tang. Dukacita kita terhadap mereka yang telah meninggal dan simpati duka kepada yang ditinggalkan kita sampaikan kepada masyarakat NTT.

Apa yang kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi pemerintah daerah, apakah Provinsi atau Kabupaten-kabupaten di NTT? Kalaulah BMKG menyatakan, bahwa baru pertama kali ini siklon 'Seroja' menghantam daratan dikarenakan terjadinya perubahan iklim dunia, maka bisa diperkirakan, bahwa dalam setiap pergantian musim (musim pancaroba), bisa saja terbentuk siklon 'Seroja' atau sejenisnya. 

Jadi, bagi daerah-daerah di Indonesia bagian timur yang diperkirakan bisa terjadi pembentukan siklon tersebut, dapat mempersiapkan diri. Yang penting tentunya memberi peringatan kepada masyarakatnya, memberikan jalan penyelamatan. Termasuk lokasi maupun fasilitas untuk pengungsian. 

Sebab, sementara ini ikluim dunia dalam tahun ini dan jelas dalam tahun-mendatang akan lebih berubah secara ekstreim oleh gelombang panas global. Karenanya, tidaklah berlebihan apabila para pejabat/pimpinan Pemerintah Daerah  sejak sekarang mulai berencana untuk mempersiapkan pengadaan alat-alat berat yang dapat digunakan untuk mengantisipasi longsoran tanah dan lain-lain.  

Sebab, sekarang terbukti, bahwa Pemerintah Provinsi (apalagi Kabupaten) kekurangan alat berat untuk membebaskan jalan tertimbun longsoran dan lain-lain, sehingga menghambat alur bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang menderita, sebagaimana para pengungsi yang sekarang ini sejumlah lebih dari 13 ribu orang pengungsi.

Setiap peristiwa yang tragis, hendaknya selalu sebagai bahan pelajaran untuk menjaga dan waspada terhadap fenomena alam yang sewaktu-waktu bisa berulang terjadi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun