Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Setahun Hadapi Maut Tersembunyi

3 Maret 2021   10:56 Diperbarui: 3 Maret 2021   11:14 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Menurut catatan saya, World Health Organisation (WHO) yang mulai Januari 2020 memberi nama indah "Novel Coronavirus" yang muncul dari kota Wuhan, Tiongkok (8/12/2019), berprediksi virus itu terbatas dinegeri Cina saja.  Banyak yang memperkirakan cuma bersifat lokal. Tetapi dalam 3 minggu 173 orang Wuhan meninggal, termasuk dokter usia muda, dr. Li Wenliang, yang mengidentifikasi virus itu, kemudian pada 30 Januari 2020 WHO menyatakan covid -19 itu sebagai wabah dunia (pandemic), sementara lebih dari 2500  orang teriinfeksi virus itu dan 628 orang Wuhan meninggal. 

Maut yang dibawa virus itu mulai menyebar dengan cepat ke beberapa negara. WNI yang berada di Wuhan (bekerja, belajar dan lain-lain) akan dijemput pesawat TNI-AU pada 1 Februari, dan setibanya di tanah air harus "diobservasi" selama 2 minggu. Sementara wabah bergejala sipenderita pilek, sesak nafas, batuk-batuk  itu merasuk ke negara-negara Asia.  Meski saat itu justru belum memasuki Indonesia. 

Namun tiga wanita di Jakarta yang tertular seorang tamunya dari Jepang yang tinggal di Malaysia, usai dirawat di RSPI Sulianto Saroso di Jakarta, dapat disembuhkan. 

Menteri Kesehatan waktu itu, Terawan Agus Putranto menyatakan, bahwa di Indonesia belum ada penderita covid-19. Namun sesudah itu, tiba-tiba saja penderita virus itu melonjak, sehingga tidak ada satu pun negara-negara di Asia yang tidak tertular. Di benua Eropa, Amerika Serfikat, Kanada, Amerika Selatan, Australia  dan Selandia Baru, negara-negara di benua Afrika dan Timur Tengah, tidak ada yang terlewati.  Tidak hanya didaratan, akan tetapi di kapal-kapal pesiar yang sedang berlayar pun digerayanginya.

Setahun sejak pernyataan WHO dengan 173 korban meninggal pertama di Wuhan awal 2020, kini sudah hampir dua juta orang didunia yang meninggal. Di Indonesia yang semula tercatat sejak Maret 2020 sejumlah 309 penderita dan meninggal 25 orang, kini dalam tutup tahun 2020 mencapai 735.124 jiwa dan meninggal 21.994 jiwa. Sedangkan dalam setahun sampai dengan awal Maret 2021 lalu, keseluruhannya berjumlah menjadi 1.341.314 jiwa terinfeksi dan meninggal 36.325 jiwa.

Yang harus menderita bukan hanya jiwa raga manusia saja, akan tetapi aspek harkat hidupnya, yakni sektor perekonomian. Kenyataan sebagaimana diramalkan oleh para ahli maupun lembaga-lembaga internasional. World Trade Organisation (WTO)  awal 2020 sudah memprediksi perdagangan dunia akan buruk, terutama sektor kepariwisataan dimana pun di dunia. 

Demikian pula bidang bisnis lainnya banyak berguguran, sehingga berdampak meningkatnya jumlah pengangguran. Pada bulan ini tercatat 6,9 juta penganggur di negara kita dan entah berapa ribu usaha ritel/pertokoan tutup atau sangat merugi. Akhirnya kalau covid-19 pada awal-awalnya dijuluki "the silent killer", ternyata bukan hanya terhadap manusia saja, akan tetapi juga harkat hidupnya.

Apabila Pemerintah kita dengan segala upaya mencegah meluasnya penularan virus itu, bukan hanya mencegah meningginya angka kematian, dan meluaskan tragedi keluarga serta menyempitkan lahan makam yang tersedia, akan tetapi juga pada aspek perekonomian dan kehidupan masyarakat. 

Menurut ahli kesehatan, karena virus, maka tidak ada obet untuk menumpasnya. Yang dilakukan dalam proses perawatan adalah membuat daya tahan tubuh pasien menjadi kuat melawan infeksi covid-19. Kalaulah dihitung dari segi biayanya yang ditanggung Pemerintah, pada setiap perawatan buat setiap pasien untuk beberapa hari (lk. 2 minggu) dengan berbagai pengobatan,-- terutama alat pernafasan,-- menghabiskan biaya sekurang-kurangnya Rp. 7 juta! Hitung sendiri sudah 1,200 juta orang disembuhkan (1/3/2021). 

Berarti sudah berapa milyar rupiah untuk pengobatan gratis. Belum lagi yang melakukan pengobatan mandiri. Kerugian yang tidak bisa dihitung dengan nilai uang, adalah terinfeksinya tenaga Kesehatan (nakes), termasuk dokter umum dan dokter spesialis. Sampai dengan akhir Februari 2021, menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sudah 1,831 dokter terpapar covid-19, dan 311 darinya meninggal. Itu baru setahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun