Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mempelajari Bencana Alam Sekarang

23 Januari 2021   15:38 Diperbarui: 23 Januari 2021   15:48 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir Bandang di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/01/2021). (KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN)

Belajar adalah proses untuk mengetahui sesuatu atau banyak hal, maupun demi mampu bersiap diri. Dalam awal tahun ini, alam memberi kita pelajaran pahit. 

Selain masih merajalelanya pandemi covid-19, namun juga yang tidak terkirakan adalah berendengnya bencana alam sejak longsoran tanah di Cimanggung kabupaten Sumedang  (9/1), banjir bandang atau banjir besar, gunung-gunung berapi yang menjadi aktif  sampaipun gempa tektnik 7,0 Skala Richter di pulau Talaud, Sulawesi Utara. 

Di provinsi Aceh dan Sumatera Utara saja terjadi gempa-gempa kecil 31 kali dalam sepekan. Sungai Barito yang biasanya tenang-tenang saja, meluap sampai jauh seperti kejadian 50 tahun lalu. 

Merendam kawasan antara lain kabupaten Banjar/Tanah Laut.  Menurut BMKG, sampai dengan 18 Januari lalu terjadi 154 peristiwa bencana alam di Indonesia. Ini semua akibat musim/cuaca hujan lebat dan angin kencang dari  ulah La Nina. 

Entah, sudah mencapai berapa puluh jiwa korban bencana alam itu seperti di Sulawesi Barat (Mamuju dan Majene), Sumedang dan lain-lain. Entah sudah berapa trilyun rupiah kerugian masyarakat yang tertimpa bencana-bencana itu dan kerugian dana Pemerintah sudah dan akan dikeluarkan. Belum terhitung lagi ratusan tenaga sukarelawan dari segala lapisan dan unsur rakyat serta Aparat Negara harus diturunkan ke lapangan..

     Dari tahun ke tahun bencana alam selalu terjadi. Bisa frekuensinya merendah, namun bisa melonjak ditinjau dari sudut hidrometeorologi seperti tahun ini. 

Apa yang disebut bentuk bencana alam itu, hampir sama. Ulah bumi seperti tanah bergerak, longsor, air penyebab banjir, gunung berapi yang berulah serta pergerakan kerak-bumi di dalam laut. Hampir lokasinya di tempat-tempat tertentu yang sama atau berdekatan. Salah satu contoh yang terjadi di wilayah Jawa Barat. 

Kabupaten-kabupaten yang dilingkari daerah pegunungan, hampir sama-sama atau secara bersamaan atau bergantian terjadi bencana alam yang hampir sama, yakni karena kawasan pegunungan. Tanah retak, ambles, longsor dan sejenisnya.. Di Sulawesi terutama di deretan barat pada sepanjang pantai Selat Makassar.  

     Apa sebenanrya yang bisa dipelajari untuk diusahakan penanganannya apabila terjadi hal yang sama akibat bencana alam? Yang jelas, ada yang diakbatkan oleh dampak ulah manusia sendiri (seperti pembalakan hutan, pertambangan liar dan permainan/korupsi kekuasaan) sehingga alam dirusak dan menjadi marah. Tetapi ada yang disebabkan alam sendiri menjadi "gerah" dan menggerakkan tanah ataupun maupun gempa dan lain-lain. 

     Alam tidak akan marah kalau kita selaku manusia, menanggapi ulahnya dengan sekurang-kurangnya bersiap diri. Tentu saja bukan hanya dilakukan oleh orang-perorang. Akan tetapi secara bersama. Rakyat dan Pemerintah di Daerah.

    Pertama-tama; mencatat bencana alam disitu terbanyak dalam wujud apa. Kalau aktivitas gunung berapi maupun gempa bumi, tentu diluar jangkauan kita memperkirakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun