Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Bunuh Diri?

16 November 2020   19:30 Diperbarui: 17 November 2020   03:08 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan Aokigahara di Jepang. (Collective Evolution) (tribunnews.com)

Jadi Pertanyaan Besar: Mengapa Bunuh Diri? Mungkin kesamaan pikiran para pelaku bunuh diri, rata-rata adalah menyelesaikan permasalahan yang menimpa atau bakal menimpanya. 

Bunuh diri sebagai "tanda titik" dari rangkaian kalimat panjang yang menimpa dirinya dan bisa dianggapnya sebagai derita berkepanjangan yang harus dihadapinya. 

Ditinjau dari sudut agama apapun yang ada di mbumi, tindak bunuh diri sangat dikutuk. Penganutnya ditakut-takuti bahwa pelakunya bakal masuk neraka atau rohnya gentayangan. Tidak masuk kemana-mana. Bisa-bisa jadi gendruwo! Dari segi moral, pelakunya bisa dianggap sebagai pengecut. 

Pendek kata, manusia yang hidup diberi bayangan mengerikan apabila mati karena bunuh diri. Meskipun tidak ada yang dapat dipercaya sebagai bukti bagi mereka yang berniat akan bunuh diri. Kecuali ada "tradisi" bushido di Jepang untuk melakukan hara-kiri atau bunuh diri dengan cara mengerikan, yakni merobek perut dan leher dipancung pedang samurai oleh yang membantu ritual itu. 

Jepang terkenal sebagai salah satu 10 negara yang paling banyak warganya berbunuh diri. Prinsip "kesatria", yakni daripada menyerah dan malu, dihinakan karena kalah dan semacam itu, maka "lebih baik berkalang tanah daripada berputih mata", kata pepatah kita. Tetapi bunuh diri disana masa kini bukan semangat bushido, namun tersebab unsur-unsur derita batin dan fisik manusiawinya. Dalam peraturan negara, Jepang melarang bunuhdiri.

Kasus bunuh diri ini perlu saya angkat, karena dalam era kehidupan kita sekarang, ada gejala jumlah pelaku bunuh diri di negara kita angkanya meningkat. Beraneka alasan atau penyebabnya. Yang menyedihkan, beberapa anak-anak atau remaja melakukannya karena stress menghadapi problematik pendidikan, putus cinta, putus asa dalam kehidupan perekonomiannya atau kesehatannya  dan macam-macam. 

Terlebih kalaulah yang bisa dikaitkan dengan hidup yang merasa tertekan (stress) akibat pandemi covid-19. Sudah ada beberapa penderita positif covid-19 yang melakukan bunuh diri  di RS setempat dengan melompat dari ketinggian tingkat gedung.  Pendek kata, berbagai cara melakukannya. Gantung diri dan lompat dari ketinggian yang paling banyak, minum racun/obat nyamuk cair dan lain-lain. 

Bersyukur kita tak ada "tempat bunuh diri" seperti hutan Aokigahara, 100 km barat Tokyo dibalik Gunung Fuji. Tahun 2016 angka bunuh diri Jepang mencapai 21.897 orang, yang dianggap angka paling rendah dibanding sebelumnya. Puluhan dan mungkin ratusan melakukannya dihutan itu, sehingga pemerintah Jepang kini menempatkan penjaga, patroli dan camera pemantau untuk mencegah bunuh diri ditempat itu.

Para psikolog andalan kita sudah memahami symptom-symptom yang menjadikan seseorang nekad bunuh diri. Agama yang dianut korban itu berbeda tetapi sama dalam "ancaman" ada beberapa kesamaan sebagai penyebabnya bagi yang melakukan bunuh diri. Kok masih ada yang nekad? Para psikolog tidak bisa meraba sejauhmana sifat orang-orang yang rentan bunuh diri. 

Mereka bisa memperkirakan unsur-unsur penyebabnya, tetapi biasanya sesudah pelakunya meninggal. Jadi, kiranya kita masih harus mencari-cari, bagaimana rumusan yang benar untuk menghalangi niatan bunuh diri seseorang, apakah anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Meskipun wujud nasihat, ajaran agama dan entah apa lagi sudah diterimanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun