Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empat Babak Berdarah Jelang Hari Pahlawan (Bagian Keempat)

27 Oktober 2020   19:18 Diperbarui: 27 Oktober 2020   19:22 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertempuran Surabaya (istimewa) (merdeka.com)

Desing pelurunya lewat diatas rumah kami seperti suara knalpot sepeda motor yang diredam. Entah sampai atau tidak dan apakah sasarannya antara lain kapal-kapal yang dilabuhkan di Tanjung Perak terkena, tidak ada yang tahu. Pokoknya asal menembak arah militer Inggris.

Setelah seminggu pertempuran diutara dan tengah kota, sebuah roket pesawat terbang Inggris yang diarahkan ke rumah kami yang digunakan sebagai markas-darurat pemuda, meleset dan menghantam bangunan sebelah barat rumah, yakni Pabrik Tenun milik Baswedan, keluarga bersepakat untuk mengungsi membawa barang seadanya. 

Yang tinggal dirumah sementara adalah ayah dan kakak saya. Keduanya kelak harus melarikan diri berjalan kaki lewat jalur pertambakan di Surabaya timur menuju kota Sidoarjo. 

Semua berpendapat, dalam satu-dua minggu peperangan itu selesai dan bisa kembali pulang. Kenyataannya salah. Baru setelah 3 tahun bisa Kembali.  Harta benda yang ditinggal habis dijarah beberapa orang yang tidak mengungsi.

Sangat banyak kisah pertempuran dan tragedi didalam kota akibat gigihnya perlawanan kita, meski  hampir semua kawasan pemukiman --terutama perkampungan---digempur habis-habisan dari darat, laut, udara. Asap kebakaran terlihat dimana-mana. Tank-tank Inggris dan pasukannya baru bisa mencapai kawasan Gunungsari dibarat dan Wonocolo/Wonokromo diselatan setelah selama hampir 3 minggu! 

Padahal luas kota Surabaya masih "sempit", setengah luas kota itu masa kini. Tetapi kelak dari catatan pengalaman dalam arsip maupun penulisan bukunya beberapa perwira Inggeris menyatakan, mereka belum pernah mengalami serunya perlawanan rakyat dalam pertempuran-pertempuran itu.

Mempertahankan Surabaya selama itu memang mengerikan dalam jumlah korbannya. Rakyat, anggota TKR, pemuda pejuang yang jasadnya ditemukan tentara Inggeris sejumlah 6.315 orang. 

Ratusan lagi yang tidak ditemukannya. Dr. Moh. Soewandhi, kepala Dinas Kesehatan Jatim saat itu, yang dirawat ada sekitar 10.000 orang tewas dan dimakamkan secara massal diberbagai makam/tempat. Perkiraan yang gugur dan tewas dalam pertempuran 3 minggu itu tidak kurang dari 16 ribu jiwa!

Pertempuran Surabaya itu merupakan pemantik awal Perang Kemerdekaan I dan Perang Kemerdekaan II Republik Indonesia melawan militer Belanda/NICA. Malahan dari pengalaman pertempuran itu, para pimpinan militer Kerajaan Inggeris menyimpulkan, tidak mungkin menindas perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia. 

Sarannya, pimpinan Kerajaan Belanda harus melakukan perundingan dengan Sukarno-Hatta-Syahrir. Sementara Pemerintah Pusat yang pindah ke Jogjakarta, menetapkan (no. 9/Um. 31 Oktober 1946) "10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan" (Harap baca Penutup/Epilog, coming soon).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun