Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cari Penyebab Banjir Masamba

19 Juli 2020   10:17 Diperbarui: 19 Juli 2020   10:24 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto udara kondisi perkampungan tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/7/2020). ANTARA FOTO/Moullies/ABHE/foc.

Barangkali kalau ukuran Masamba, ibukota kabupaten Luwu Utara (Sulawesi Selatan) diterapkan di Jakarta, hanya kurang dari luas salah satu bagiannya. Apakah Jakarta Utara atau Jakarta Selatan atau lainnya. 

Nama kabupaten dan kota yang sangat jarang disebut-sebut dipercaturan nasional itu sejak 14 Juli lalu tiba-tiba beritanya mencuat karena diterjang banjir bandang besar dan meninggalkan lumpur setinggi 1 hingga 4 meter, menenggelamkan dan merusak rumah-rumah, gedung-gedung swasta dan pemerintahan, puluhan mobil dan lain-lain. 

Bandara Andi Djemma Masamba pun harus ditutup, karena bangunan dan terutama runway-nya tertutup lumpur. Jalur jalan raya Trans Sulawesi yang melewati Masamba juga tertutup lumpur selama beberapa hari.

Kalaulah kembali diterapkan dalam ukuran luas sebagian saja kota di Jakarta, sudah pasti korban jiwanya bisa mencapai ratusan orang. Tetapi, bagi Masamba, lebih dari 37 orang tewas, luka berat lebih 10 orang, 68 orang hilang, 18 ribu warga harus mengungsi atau sekurang-kurangnya 94 ribu orang menderita, itu sudah sangat tragis. 

Belum lagi, entah bagaimana dan berapa lama membersihkan lumpur sungai besar dibagian atas kota itu, sebab pengerukan meski menggunakan puluhan alat besar milik pemerintah  dan swasta sangat sulit memasuki jalan-jalan pedesaan di 6 kecamatan kabupaten itu. 

Yang jelas, diprioritaskan pada jalur Jalan Trans Sulawesi dan jalanan dalam kota. Belum lagi lokasi pembuangan tumpukan berton-ton lumpur banjir. Ketika sinar matahari menyinari kabupaten dan kota itu, permukaan lumpur banjir mengering dan debu mengudara memenuhi jalanan dan pemukiman. 

Beberapa warga pengungsi sudah mulai diserang batuk-batuk dn sesak nafas. Ujung-ujung bencana itu adalah masalah pengadaan biaya untuk pembersihan lumpur, bantuan sosial, rehabilitasi bangunan dan lain-lain. Akan diambilkan dari anggaran Pusat atau Provinsi atau Kabuparten setempat?

Tragedi Masamba disaat pandemi covid-19 itu benar-benar menjadi beban tragedi rakyat dan buat pemerintah. Baik dalam jiwa, tenaga manusia sampaipun dengan dana untuk penanggulangannya. 

Menteri Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR), Hadi Mulyono yang meninjau lokasi Masamba (16/7) mencurigai ada sesuatu yang merusak alam atau tanggul sungai dibagian atas kota Masamba, sehingga air dan lumpur lereng perbukitan merendam kota yang pertamakali mengalami bencana sehebat itu.

Biasanya kita yang jauh dari tempat itu mengetahui dari pemberitaan tragedi banjir lumpur yang mengerikan dari media massa. Tetapi tentang realitas penyebab bencana alam itu sangat jarang terungkap kepada umum. 

Paling-paling ada berita "karena ada pembalakan liar hutan dibukit ini-itu". Tentang perkiraan siapa yang menjadi para pelakunya, siapa yang membiayainya dan bagaimana tindakan pihak yang semestinya menjaga kelestarian hutan bersangkutan, apalagi bagaimana tindakan hukum dilakukan, sangat-sangat jarang tersiarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun