Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah-kisah Tragis Paparan Covid-19

11 Juni 2020   11:10 Diperbarui: 11 Juni 2020   11:03 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aparat Gabungan TNI dan Polri masih berjaga di depan RS Dadi pasca datangnya puluhan massa yang hendak mengambil paksa jenazah yang terkonfirmasi Covid-19 (KOMPAS.COM/HENDRA CIPTO)

Kisah cinta yang berakhir ceria ataupun keruntuhan percintaan sudah sering kita baca atau saksikan ditayangan televisi.  Kalau penulis drama dalam cerpen maupun mengangkat kisah-kisah tragis manusia Indonesia berdasarkan faktualnya, saat sekarang inilah banyak sumber ide berdasar kehidupan faktualnya. Buat para wartawan yang sering menulis feature kehidupan manusia, sekarang inilah sangat banyak sumber infomasinya untuk dijadikan materi featurenya. Atau membuat kumpulan kisah features untuk diterbitkan.

Apabila menelisik bagaimana kisah para penderita yang bisa sembuh dan yang meninggal akibat terpapar covid-19 dimanapun juga, kesemuanya merupakan kisah perjuangan hidup ataupun tragedi manusia. Selain mengharukan, juga dapat memberi "penerangan" maupun "kesadaran" kepada khalayak luas, bagaimana bahaya virus tersebut dan upaya menghindari ataupun melawannya.  

Saya ambilkan dua contoh kisah kasus yang terjadi disekitar kediaman saya di Kecamatan Gubeng, kawasan pusat Surabaya. Ini kisah bapak, ibu, anak perempuannya yang hamil dan lelaki menantunya, di jalan Gubeng Kertajaya IX-G . Hanya lk. 2 km selatan RSUD Dr. Soetomo, rumkit terbesar dikawasan timur Indonesia dan ada beberapa dokter/tim medisnya tertular covid-19.

Kisah ini dimulai saat mendadak suhu sang bapak menjadi tinggi, badannya panas, batuk-batuk dan sesak nafas. Menantunya segera membawanya ke rumah sakit. Namun, beberapa hari kemudian, bapak yang dinyatakan terpapar virus itu meninggal.

Air mata duka belum kering, mendadak anak perempuannya yang sedang hamil bayi berusia 7 bulan juga menderita gejala yang sama seperti bapaknya. Suaminya segera membawanya ke rumah-sakit, namun usai beberapa hari dirawat, meninggal dunia.

Kampung itu segera ditutup oleh warganya maupun petugas dengan spanduk bertuliskan "Kampung Wani Covid-19" yang dibentangkan diujung gang hingga kini. Orang luar dilarang masuk sebelum menjelaskan apa tujuannya dan harus cuci tangan.

Meskipun tatacara itu hanya beberapa hari saja. Sudah itu relawannya jadi bosan atau punya kegiatan lain. Mobil-mobil yang diparkir disepanjang gang itu harus disemprot  dan banyak yang tidak boleh diparkir disana.

Lalu mendadak isteri almarhum bapak itu jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Meninggal pula. Habislah ketiga anggota keluarga itu. Sang menantu jadi benar-benar stress dan takut warga menuduh bisa menularkan covid-19. Cepat-cepat meninggalkan rumah itu entah kemana sambil membawa duka mendalam dan trauma.

Ini kisah perawat dirumah sakit yang diduga bergejala terpapar (OPD) covid-19, dibolehkan melakukan isolasi diri dirumah. Dalam kesendirian isolasi itu, muncul rasa salah karena sewaktu Lebaran Idulfitri lalu belum sempat berkunjung ke mertuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun