Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Akhirnya IDI Melindungi Anggotanya dari Maut Covid-19

17 April 2020   07:59 Diperbarui: 17 April 2020   08:13 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasien tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Tanjungpinang (Suara.com)

AKHIRNYA IDI melindungi anggotanya dari maut Covid-19. Imbasnya terhadap pengalaman Pak Sukirman yang diantar istrinya bila kontrol penyakitnya ke dokter spesialis disalah satu RS Swasta terkenal Surabaya, jadi kaget karena dokter yang biasa merawatnya mendadak digantikan spesialis berusia muda. Memang tidak ada pemberian tahu pada para pasiennya. 

Dari bagian pendaftaran Sukirman baru tahu, wanita dokter yang biasanya itu mendadak dilarang oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar para dokter berusia 60 tahun ke atas tidak berpraktek sejak awal hingga akhir April. Mungkin diperpanjang hingga Mei 2020. 

Latar belakangnya, sudah lebih 15 dokter (termasuk yang jadi guru besar), terbanyak spesialis penyakit dalam dan THT, yang mengobati pasien terpapar Covid-19 justru menjadi korban dan gugur sebagai "Pahlawan Kesehatan Masyarakat". Begitu pula beberapa juru rawat dan tenaga medik lainnya mengalami nasib yang sama. 

Di provinsi Jawa Timur saja sudah 49 tenaga medik terpapar dan seorang gugur karenanya.  Akhirnya pada awal April ini, IDI Pusat menginstruksikan agar semua dokter umum dan spesialis apa saja yang berusia 60 tahun keatas yang berpraktek di rumah sakit (rujukan/bukan untuk perawatan Covid-19) hingga akhir April dilarang berpraktek.

Implikasi instruksi itu cukup berarti bagi para dokter. Dan jelas bagi para pasien masing-masing. Bagi para dokter yang bukan sebagai dokter-tetap/staf rumah sakit bersangkutan, dimana pendapatannya tergantung dari fee/hororarium, tentu saja jumlahnya berkurang. Meskipun ada anggapan, para dokter, apalagi spesialis, pendapatannya tinggi. Jadi tidak terlalu rugi. 

Dokter pun manusia dan anggota masyarakat. "Hukum" dalam kehidupan seseorang/keluarga menurut status masing-masing terpengaruh oleh kebutuhan sesuai status itu.  Jadi kebutuhan mereka itu sehari-harinya tidak kecil. Selain masalah pendapatan, ada unsur manusiawi, yakni antara para dokter itu dengan beberapa pasiennya dan sebaliknya terjadi  hubungan manusiawi (human relations). Sang dokter merasa senang dengan sikap dan hasil pengobatan terhadap pasiennya. Para pasien merasa cocok dengan pengobatannya. Seperti yang dialami Sukirman dan isterinya terhadap dokternya.

Tindakan IDI itu hendaknya tidak disalahkan oleh para dokter yang berusia 60 tahun ke atas. Terlebih oleh para pasiennya yang "sudah jodoh" dengan dokternya. Langkah IDI itu adalah melindungi jiwa-raga para dokter. Mereka seperti juru rawat dan tenaga medik lainnya tidak ingin digelari "pahlawan kesehatan" namun sudah berstatus almarhum/almarhumah akibat Covid-19. 

Harapan mereka semua, mudah-mudahan "setan pembunuh" itu bisa dikalahkan dalam waktu dekat. Sedangkan para pasien hendaknya percaya/meyakini tangan dingin para dokter umum/spesialis muda usia dalam memberikan diagnosa dan pengobatan. Dasar pendidikan kedokteran dan praktiknya sebagai jaminan mengapa diminta berpraktek di rumah sakit itu.  

Mungkin kabar yang benar dan jujur dari pemerintah Cina, bahwa penderita virus ditempat asalnya, kota Wuhan provinsi Hubei, Cina, berkurang dan banyak penderitanya sembuh. Antara lain akibat lockdown ketat. Sampai pun 3 wartawan peliput berita terbuka wabah itu di sana "hilang" hingga kini. Menjaga jangan meledak lagi, menurut berita TV asing, pemerintah Cina melarang orang-orang disana makan daging kucing dan anjing. Siaran TV kita menghaluskannya "melarang makan binatang liar". Tentu termasuk kelelawar yang sekeluarga anjing. 

Jadi kiranya para dokter kita dibeberapa tempat ada orang-orang yang suka daging anjing ataupun kelelawar, bisa menasehati bahayanya. Mengingat lantunan lagu Koes Plus dulu yang awalnya berbunyi "Kelelawar warnanya hitam, mencari makan diwaktu malam, kelelawar bulunya hitam, ...." Dan seterusnya. Tidak ada syairnya berbunyi "enak dimakan"!

Para dokter usia di bawah 60 tahun yang berpraktek di rumah-rumah sakit akibat Covid-19 itu, yang menurut dua cucu saya sebagai dokter telapak tangannya rusak akibat setiap saat harus cuci tangan usai hadapi pasiennya. Tak terhindar para tenaga layanan medik, antara lain para juru rawat. Artinya, bahaya tertular virus itu selalu mengancam meski mereka yang berusia masih muda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun