Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Makanan Enak dengan Menu Cocok Selera

16 April 2020   08:04 Diperbarui: 16 April 2020   08:24 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
artikel.masjidku.id

MAKANAN enak dengan menu cocok selera, memang jadi dorongan kepingin diwaktu makan siang maupun malam. Lakunya jualan restoran ataupun warung, karena menu dengan rasa makanan yang dijualnya cocok dengan selera pembeli. Bukan sekedar memenuhi kebutuhan calon pelanggan yang lapar. Tapi dorongan selera demikian bisa terganggu disaat wabah covid-19 sudah meluas keseluruh wilayah negara kita. 

Di dunia merambah 213 negara, sehingga PBB dalam April ini mengeluarkan pernyataan mengerikan, bahwa covid-19 mengancam pasokan pangan dunia. Jelas urusan menu makanan enak bisa-bisa terancam. Kini kita mengalami 4.839 warga menjadi penderita, yang sembuh cuma 426 sementara yang meninggal 459 orang (15/4). 

Berbagai upaya pemerintah dan pemerduli melakukan usaha agar dampak covid19 tidak lebih jauh menyebabkan derita yang menyentuh harkat sumber kehidupan masyarakat. Namun sedihnya masih sekitar 2 juta tenaga kerja terkena PHK ataupun "dirumahkan" karena badan usaha tempat mereka mencari nafkah merugi dan mendekati bangkrut. Jumlah itu menambah angka-tertinggi pengangguran dalam statistik negara-negara yang punya pengangguran.  

Bagaimanapun juga tindakan para pengusaha itu tidak bisa sepenuhnya disalahkan, karena demi upaya mempertahankan bisnisnya tidak ambruk. Secara perlahan tetapi pasti, keguncangan kehidupan perekonomian rakyat mulai menggoyahkan stabilitas keberadaan bahan makanan sehari-hari buat rakyat. Bersyukur pemerintah tidak menerapkan politik lockdown wilayah. 

Untuk melakukan yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten, pemerintahan kota) saja tidak boleh sekehdak sendiri. Harus ada ijin dari Menteri Kesehatan. Itupun masih ada kalangan masyarakat yang tidak mematuhi aturan yang ditetapkan dalam PSBB. Seperti tidak lebih suka di rumah saja, bepergian keluar rumah tidak memakai masker, sampaipun kongkow-kongkow melanggar jaga jarak (social distancing) dan lain-lain. Ada sikap tidak berdisiplin, sikap sombong merasa kebal virus, atau ada niatan antara lain tidak bermasker karena kalau terkena operasi pihak berwajib, bakal dapat masker gratisan!

Saya melihat tayangan televisi CGTV (Cina) masa sebulan dilakukan lockdown kota Wuhan provinsi Hubei (Tiongkok). Kawasan sumber awal munculnya covid-19. Kata pemerintah Cina, angka penderita dan yang meninggal menurun drastis, berkat disiplin pematuhan larangan terhadap penyebaran virus. Terlihat memang benar-benar kota itu jadi sepi dan lalu-lintas manusia sangat berkurang. 

Disiplin itu ditegakkan dengan ancaman hukuman dari pemerintah. Karena di negara kita ini tidak bisa seketat  hukum seperti disana, jadi masih banyak orang-orang mengabaikan aturan PSBB. Masa bodoh bisa menularkan atau ditulari virus. Apakah dikotanya ataupun dengan cara mudik. Maklum, urusan mudik ini memang serba sulit dilarang. Ditempat bekerja sudah dirumahkan, terkena PHK atau usaha kecilnya runtuh, sehingga memilih pulang-kampung dengan alasan bisa cari makan seadanya.      

Nah, urusan ingin makanan enak-enak pun perlu dipertimbangkan. Bahan makanan yang utama, antara lain daging sapi/kerbau untuk warga kota-kota besar bisa saja terguncang karena jumlah pasokannya jauh berkurang akibat langka transportasi dan ditutupnya pasar-pasar hewan. 

Kita tidak tahu masih akan direalisasikan rencana Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (6/3) agar Bulog mengimpor 100 ribu ton daging kerbau India, terutama untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran. Keputusan itu dikeluarkan sebelum covid19 menjadi-jadi seperti sekarang. Selain larangan kapal-kapal asing berlabuh, pergudangan dipelabuhan ditutup/dibatasi, India sendiri melakukan lockdown  hingga 3 Mei (penjualan bahan pertanian dibatasi 20 April) karena penderita virus mencapai lebih 11.500 orang dan meninggal lebih 480 orang.

Bersyukur ketentuan antara lain MUI untuk sholat tarawih maupun kelak sholat Ied tidak boleh bergerombol dan afdol dilakukan dirumah saja. Jadi, selamatan dengan rencana dipenuhi daging kerbau itu bisa ditangguhkan. Makna kesiapan dalam tragedi covid-19 juga menyentuh yang kepingin makanan enak (dan mewah). 

Apabila untuk kebutuhan makan, kiranya kita sudah terbiasa dengan menu sederhana. Banyak menu asli kita seperti sayur-sayuran, daging atau telur sekedarnya, kecap dan cabe. Persediaan makan kita masih cukup. Mari berpuasa makanan enak. Yang utama, Bulog menjamin keberadaan beras nasional. Ayo makan berlauk sayur pecel atau karedok. Mari junjung Ibu Pertiwi dari ratapan sedihnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun