Mohon tunggu...
Aprillia Amail
Aprillia Amail Mohon Tunggu... -

Alhamdulillah,,, Saya berterimakasih pada Allah SWT yang telah memberi bakat seni dalam darah saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merah dan Biru

7 Agustus 2013   21:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:31 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Bagaimana Dua Hal ItuBersatu)

Merah dan Biru:

Kita dipertemukan pada suatu event yang diselenggarakan oleh pihak kampus. Waktu itu kita berada dalam bagian kepanitiaan yang berbeda. Meski begitu, kita tetap sebagai satu tim yang saling mendukung. Disitulah kita mengenal satu sama lain. Banyak perbedaan memang, tapi itulah yang menjadi magnet khusus yang menarik kita kedalam pusaran yang lebih dalam. Dua tahun lalu, tertanggal 3 Januari, kita jadian...

Merah :

Dia belum memberiku sebuah alasan kenapa dia memutuskan hubungan kita.

Aradiah Nawasari, mahasiswi jurusan desain animasi. Penyuka warna-warna gelap , terutama biru dongker. Barang-barang yang ia kenakan selalu berkutat pada aroma musik rock dan country. Kaos oblong, celana jeans ukuran sepertiga, dan rambut panjang kuncir kuda telah menjadi ciri khasnya. Langkahnya tak pernah ragu untuk memutuskan sesuatu, walau tak jarang ia menyadari bahwa dirinya telah ceroboh. Dia setahun lebih tua dari aku. Manis, ogah dandan, unik, penggemar lukisan surealis, dan berkomitmen, itulah gambaran tentang gadisku. Sorot matanya yang tertutupi kaca mata minus berbingkai tebal menunjukkan kalau dia tangkas dan tegas. Entah sejak kapan aku merasakan desiran ketika tertawa bersamanya, berjalan bersamanya, makan bersamanaya, dan hal lain bersamanya. Tetapi aku sangat ingat kapan pertama kali aku tertarik dengan ganyanya yang terkesan cuek, yaitu saat pertama kali dia melirik tajam diriku diawal masa ospek. Namun setelah itu aku malah illfeel melihat gayanya yang so simple, sok galak, dan terkadang nampak acak-acakan. Dia bukan tipe wanita idamanku, tapi...

"Aku menyayanginya. Sangat "

Entah berapa kali hatiku berujar seperti itu. Dia wanita pertama yang membuatku out of the box. Beberapa kejadian gokil yang sebelumnya tak kualami secara tak terduga terjadi ketika bersamanya. Aku bisa merasakan asyiknya makan pinggir jalan, bersepeda ria mengelilingi kota, bergoyang jingkrak ala rocker dunia, menyanyi didalam bus mini, dan yang paling penting; menghargai tiap usaha dan sisa waktu yang terus berlanjut. Hanya dengannya hubungan asmaraku bertahan paling lama dari sebelumnya yakni, dua tahun. Ya, dia memang gadis ceria yang memberiku banyak rona. Tetapi dibalik itu semua, dia adalah gadis pejuang yang harus memutar otak untuk melanjutkan hidup dengan melakukan ini itu bersama teman-temannya.

Dia menuntut diri untuk lincah bekerja part time ini itu. Rasa gengsi serasa mati dalam dirinya. Ia tak pernah peduli apa yang orang katakan mengenai pekerjaannya, baginya, "Asalkan halal dan bisa buat biaya kuliah". Dan karena kesibukannyalah, terkadang aku merasa terabaikan. Aku tahu kehidupannya tak serba mudah seperti halnya kehidupanku. Keadaan menuntutnya berbuat mandiri dan sibuk. Namun sadarkah dia bahwa aku sering menunggu kepastian untuk sekedar bertemu , jalan-jalan, atau ngobrol ringan dengannya? Suatu hari aku pernah berinisiatif memberi bantuan berupa uang untuk menunjang kuliahnya, tapi dia menolak, dan terus menolak ketika kutawari hal yang sama. Ia lebih memilih berbisnis dengan teman-temannya yang rata-rata cowok , daripada menerima bantuanku. Ara , apa kau tahu bahwa aku sering cemburu melihatmu begitu dekat dengan mereka daripada aku?

Sebagai seseorang yang mencintainya, aku tak mau kehilangan dirinya. Aku ingin memiliki Ara seutuhnya. Aku sering berangan-angan dan menanti saat dia menjadi pasangan hidupku sejak ia berkata,

"Kelak, aku mau cari suami yang mapan, Gi. Kalau udah berkeluarga , aku nggak perlu ngoyo-ngoyo bekerja. Cukup ngurusin anak, suami, dan rumah tangga saja. Hehehehe".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun