Mohon tunggu...
Zaa Zakiyah
Zaa Zakiyah Mohon Tunggu... wiraswasta -

Black coffee less sugar...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Underestimate, Overestimate Atau Wrongestimate

8 Agustus 2011   03:42 Diperbarui: 4 April 2017   17:25 15263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi singkat underestimate adalah menaksir terlalu rendah atau meremehkan seseorang,  sementara overestimate adalah kebalikannya.

Apa saja yang biasanya menyebabkan seseorang mendapat perlakuan atau melakukan dua hal diatas ? Menurut pengamatan saya :



  1. Karena penampilan luar ( pakaian, model rambut, atau bahkan asesoris yang kita gunakan)


  2. Karena tutur bahasa kita baik lisan maupun tulisan


  3. Karena status sosial


  4. Karena bahasa tubuh kita


  5. Karena pendidikan


  6. Karena zona pergaulan


  7. Karena Profesi


  8. Karena gender


  9. Karena usia


  10. Karena kesalahan maupun prestasi yang pernah dilakukan seseorang

Dan masih banyak lagi, mungkin Anda bisa menambahkan sendiri. Saya yakin kita semua pasti pernah melakukan underestimate maupun overestimate atau menjadi “obyek penderita”nya. Selain karena faktor-faktor yang saya sebut diatas, ada sebuah faktor pendukung yang cukup berpengaruh yaitu durasi pertemuan atau pertemanan yang singkat, sesaat, tidak intens, terbatas. Intinya kita tidak punya cukup waktu untuk mengenal seseorang lebih jauh secara langsung. Bagaimana dengan kecanggihan teknologi saat ini? Apakah Interaksi yang intens seseorang dengan yang lain didunia maya mampu menembus dimensi ruang dan waktu untuk mengenal seseorang dengan baik ? Sedangkan di dunia nyata saja kita sering “ salah estimasi ”. Saya yakin, Anda bisa bersikap bijak.

Yang saya alami, saya pernah meng-underestimate anak saya ( karena usia dan gender) bahwa dia akan kesulitan melakukan sebuah tugas ketrampilan yang cukup rumit yang menuntut ketrampilan motorik halus, ternyata dia mampu melakukannya. Saya juga pernah mengunder-estimate suami saya  ( karena gender) bahwa dia tidak bisa memasak, ternyata seiring berjalannya waktu, saya kaget ketika beliau mengerti bila sebuah masakan kurang lama menumis bumbunya. Bahkan anak-anak saya lebih suka nasi goreng buatan ayahnya daripada buatan saya ( Kwaaak ...kwaakk...**..iramanya seperti di film kartun bila kecele) . Hemm hal itu cukup membuat saya malu dan lebih berhati-hati.

Saya pun juga pernah menjadi obyek penderita, di under-estimate oleh salah satu teman, bahwa saya wanita kuper, payah, bodoh dan kurang wawasan mungkin karena saya kuliah di fakultas yang kurang beken dan saya seorang ibu rumah tangga hehee. Padahal kenyataannya? Memang benar ( Hiksss, haha). Pernah juga saya diremehkan oleh adik tingkat saya tentang selera musik saya, dia mengira saya hanya faham musik Qasidah karena saya berjilbab. Selain itu, saya juga pernah di cap sombong dan jutek oleh teman KKN ( Kuliah Kerja Nyata) , karena saat pertama bertemu, saya tampak tidak banyak bicara, pendiam. Padahal saat itu saya sedang ngambeg dengan seseorang ( hikss hikssss… ). Atau mungkin karena tampang saya memang jutek sehingga teman KKN saya kesal , wallahua’lam. Yang jelas setelah berinteraksi di lokasi KKN, teman saya itu akhirnya membuat pengakuan langsung bahwa dia sudah salah sangka pada saya dan meminta maaf. Dan justru menjadi penggemar saya hahaaa….(ssst…).

Bagaimana dengan pengalaman Anda ? Bagaimana perasaan Anda ketika di under-estimate dan di over-estimate ? Saya berharap Anda tetap bisa bersikap santai dan dewasa. Tetaplah tersenyum bila di-underestimate selama itu tidak menyangkut masalah penting dan harga diri Anda. Anda tidak perlu susah-susah membuat klarifikasi atau pembuktian tetapi bila Anda melakukannya juga tidak salah. Bila Anda di overestimate, banyak-banyaklah beristighfar dan mohon perlindungan. Jadi sediakanlah 2 keranjang, yaitu keranjang hinaan dan pujian. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadist. Tetapi saya lupa bunyi hadistnya ( mungkin Anda bisa melengkapi).

Well, the core is….seberapa bijakkah kita menilai seseorang ? Baik meng-underestimate maupun meng-overestimate ? Jangan sampai kita malu dan kecewa ketika underestimate maupun overestimate kita ternyata sebuah “wrongestimate”. Bila terjadi pada hal yang sepele, seperti kasus yang saya alami tadi, sepertinya tidak terlalu jadi masalah. Bagaimana bila pada hal yang tidak sepele, menyangkut harga diri seseorang ? Misalnya Kita terlanjur menganggap seseorang tidak mengerti apa-apa, kurang wawasan, bodoh, brengsek karena penampilan fisiknya yang “cuek bebek” tetapi ternyata dia seorang berwawasan luas dan cerdas ? Betapa berdosa dan malunya kita. Bila kita perwira mengakui kesalahan, ber istighfar dan meminta maaf itu bagus. Bila justru berkembang menjadi rasa kesal yang tak jelas juntrungnya, menjadi sebuah kedengkian dan atau penyakit-penyakit hati yang lain, betapa tersiksanya kita ??? BTW, bersuudhon dan berkhusnudhon sama-sama, butuh keimanan, ilmu dan kecerdasan. Sebagai penutup , ada sebuah ungkapan yang cukup populer namun tidak di sukai para designer cover buku: Don’t Judge The Book By It’s Cover

***** Sebuah Renung Ramadhan, Selamat Berpuasa……

Wassalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun