Mohon tunggu...
Kristoforus Arakian
Kristoforus Arakian Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Cerdas itu Sexi

Tidak ada yang menjadi miskin hanya karena memberi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antara Nyaman dan Cinta

28 Oktober 2021   09:06 Diperbarui: 28 Oktober 2021   11:15 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part [1]

"Mula-mula  kita menjadi singgah paling candu. Namun, jika  cinta adalah rumah maka engkau jalan menuju pulang"

Gelap  kembali rebah disisi malam. Wajah rembulan kembali anggun menyapu lautan.
Awan gelap merangkak perlahan menapaki kaki bukit. Aku masih setia merayakan sepih di bibir dermaga, meratapi kepergian. Setelah saban hari kencang berselfhyria mengumbar-umbar kemesraan di dinding-dinding maya.

Berguguran putik dari kelopak mata selepas mengenang tenang. Bersama suara riuh ombak, bersahut-sahutan mengecup bibir dermaga. Membawa pulang luka2 purba kembali teduh dilangit-langit ingat. Seakan-akan kemelut ini tak lekang masa.

Aku terlanjur dalam menempatkanmu pada sebuah perasaan, lantas mencintaimu hingga terluka.

Mungkin saat ini, kau tengah merayakan euphoria diranjang romantisme. Menuntut kasih sayang paling setia yang kau barter dengan tubuh sexi. Lantas selepas itu, menjadi pecandu yang tak puas-puas nikmat dosa. Lihai merayu kala nafsu tak sepadan nikmat yang diteguk. Sekali, duakali, berkali-kali lalu menghilang tanpa riuh kabar.

Aku masih setia mengenang, saat peluit angin kembali melenguh panjang. Kuli-kuli pelabuhan bertelanjang dada berlarian menyambut kedatangan kapal. Layaknya riuh anak-anak kampung berburu koin-koin yang dilempar rombongan pengantin. Riang dipeluk kecipak ombak yang bertubi-tubi datang mengecup bibir dermaga. Tubuh setia menadah basah, menari-nari di bidang dada, bersama peluh paling keluh.

Setia mengenang memang aktifitas paling menegangkan. Bersama luka basah yang masih legam menganga. Menohok sisi jantung. Aku masih mencintaimu dalam luka-luka yang kau pahat. Ikhtiar kembaliMu pun tak malu-malu tumbuh dalam rapal-rapal doa.

Part [2]

"Jika engkau tak punya rumah menetap, ada tempat kosong disisi hati. Tapi maaf, kondisinya begitu berantakan. Orang terakhir yang pernah menetap telah pergi, tanpa merapihkan dan membersihkannya selepas meraup segala sukacita"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun