"Ayah, lihatlah kakinya yg bengkak & kusam,mengapa bisa demikian?" Ujar anakku serambi menunjuk seorang wanita tua....
Kemudian aku menjawab," wahai anakku, sebelum kau lihat sempit nya bumi,lihatlah luasnya langit. Pandanglah kerut wajah,yg tampak bersorak menyorakkan keluh kesah, keringatnya yg mengalir melintasi susah hidup,di usap oleh wakil-wakil tangan Tuhan hingga tampak puas dengan upah payah sang utusan. Tangan lemah itu hanya terayun oleh ronta derita mengikuti aba aba ilahi hendak di bawa kemana ia,tubuh bungkuk merendah tanda tak mampu mengemban tugas namun ia berusaha amanah hingga punggung itu menyimpan petua hidup di balik sumsumnya.
Dada yg dulu tegap tegar bugar,hanya certia masa lalunya dan kini disambut dengan lapang,ikhlas dan pasrah atas jalan ceritanya. Lututnya pun seakan-akan merintih bercerita perjalanannya menyanggah raga yg penuh dosa itu, Dan akhirnya kaki jadi penentu kisah akhir. Ingatlah darah dagingku,semua itu bercerita tentang perjuangan,yg mendidik biji menjadi pohon,yg mengajari air menjadi hujan, dan menunjukkan burung bagaimana ia terbang. Tirulah perjuangan nya hingga kau menjadi seorang pejuang hidup, berjuanglah...hidup perlu perjuangan,dan jangan mengaku hidup tanpa berjuang sampai kau dapat memandang sempit nya bumi bagai luasnya langit".