Mohon tunggu...
Aly Reza
Aly Reza Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Bisa Menulis

Asal Rembang, Jawa Tengah. Menulis sastra dan artikel ringan. Bisa disapa di Email: alyreza1601@gmail.com dan IG: @aly_reza16

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Perlunya Meletakkan Gadget demi Memerhatikan Lawan Bicara

17 Februari 2020   21:45 Diperbarui: 18 Februari 2020   20:26 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan tertawa. (DragonImages)

Sebab toh kalau rugi, ya pasti mereka yang tanggung sendiri. Misal, sehari-hari rebahan, nggak pernah kerja, siapa yang rugi? Jelas bukan kita. Bahkan sepengalaman saya, saya sering diuntungkan teman saya yang suka rebahan. Gara-gara dia males jalan ke warung, akhirnya nyari diskonan dan ngorder beberapa jenis makanan. 

Dan ya, saya selalu kebagian. Bahkan gara-gara parahnya tingkat mager generasi rebahan seperti teman saya ini, bapak-bapak Grab atau Gojek (misalnya) bisa dapat uang jajan buat anak-anaknya.

Sementara itu, generasi ha-pe miring ini saya kira kok malah sangat tendensius merusak suasana. Udah pas main teriak-teriak nggak jelas, dan yang paling sakit nih, kita sebagai lawan bicara harus nerima banget dikacangin. 

Saya paling sebel ketika seorang kawan ngajak ke warkop, kirain buat ngobrol-ngobrol, eh tahunya cuma buat nyambung Wi-Fi, dan setelah itu dia sudah tenggelam dengan dunianya sendiri. 

Ya kenapa nggak coba ikut main? Nah, ini harus saya jelaskan. Saya itu nggak pernah tertarik sama sekali buat nginstall game-game apapun di ponsel pintar saya. Alasannya sederhana, pertama, ya emang karena ponsel pintar saya nggak pintar-pintar amat (nggak support). 

Kedua, sebagai anak desa, mindset saya sudah terlanjur terbentuk bahwa yang namanya ngopi itu ya ngolah pikir. Dan ngolah pikir itu hanya bisa dilakukan dengan ngobrol dengan sesama. Nggak harus obrolan berat, bisa berupa topik sehari-hari.

Saya nggak ngelarang temen-temen buat nge-game, sebab bagaimanapun hiburan itu penting. Tapi seenggaknya ya tahu waktu dan kondisi, lah. Sebab asli, Rek, yang namanya dikacangin itu ngaudubillah rasanya. 

Saya cerita sedikit. Kemarin siang saya dan seorang kawan duduk di bangku panjang samping warung makan. Seorang kakek yang tidak lain adalah suami si pemilik warung menanyakan hal-hal sederhana kepada kawan saya yang duduknya lebih dekat, seperti, "kamu asli mana, Nak?" dan beberapa pertanyaan basa-basi lainnya. 

Karena masih sibuk dengan ha-pe miringnya, kawan saya menjawab sekenanya, tanpa sedikitpun menoleh ke arah si kakek. Matanya seolah nggak bisa bergeser barang sedetik dari layar gadgetnya. Entah geram atau bagaimana, si kakek memegang pundak kawan saya sambil berujar: "Barang (gadget) kuwi penyakit, nak, tak kandani." 

"Saya dulu sempat punya hp. Tapi setelah itu nggak pernah mau beli lagi," sambungnya.

"Ceritanya itu pas saya sedang keluar rumah, hp saya ketinggalan. Nah, tiba-tiba mantan pacar saya menelepon. Ya karena saya nggak di rumah, telepon itu diangkat sama istri saya, setelah itu langsung dibanting. Sejak saat itu saya kapok nggak main hp. Lebih baik kehilangan hp daripada kehilangan orang-orang di sekitar kita, kan." Tutupnya kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun