Mohon tunggu...
Aly Imron DJ
Aly Imron DJ Mohon Tunggu... wartawan & wiraswasta -

Tuhan Tidak Tidur (Gusti Mboten Sare). email: alyimrondj@yahoo.com, Hp. 085866940999

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hujan Duit di Pilkada Serentak

22 September 2015   10:27 Diperbarui: 22 September 2015   10:57 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari Minggu lalu, 20 September 2015, sebagai seorang ayah, penulis mengantar anak yang masih TK untuk potong rambut (cukur) di tukang cukur langganannya. Sambil menunggui giliran, sang tukang cukur rambut  yang cukup ramah kepada para langganannya yang tampaknya memang agak  'melek' politik mulai    menceritakan hal-hal yang terkait dengan peristiwa politik, apalagi  menjelang  Pilkada serentak.

Ketika berada disebelahnya saat  menunggu anak yang sedang dicukur, sang tukang cukup mulai curhat dan menggerutu, pasalnya hari Minggu sebelumnya dia sengaja libur beraktivitas (tidak mencukur) seharian karena mendapat undangan  mengikuti Konsolidasi dari salah satu calon Walikota Semarang di sebuah gedung pertemuan. Acara yang berlangsung jam 10. 00 Wib-15. 00 Wib itu ternyata sangat jauh dari harapan sekaligus  sangat mengecewakannya.

Kenapa sangat mengecewakan, karena semua yang hadir tidak memperoleh 'uang saku' tetapi hanya dikasih makan siang saja. Kalau seperti ini namanya hanya diberi janji-janji indah atau mendapat 'pepesan kosong' saja, tidak untung tetapi malah 'buntung' Pak,   karena sudah menutup usaha (tidak bekerja) di hari Minggu yang biasanya lebih ramai,  namun  harus 'nombok'  untuk biaya transport (bensin) menuju ke lokasi konsolidasi, beli rokok dan minuman ringan  dengan  mengeluarkan uang pribadi minimal Rp. 40. 000,-.

Setelah curhatnya selesai, penulis bertanya apa sebelumnya dijanjikan oleh tim sukses Mas? ya tidak, tapi kebiasaan selama ini juga seperti itu, tidak ada yang 'gratisan' Pak. Seperti pengalaman tahun lalu saat mengikuti kampanye calon anggota DPR  saja dikasih sangu (uang saku) lumayan, apalagi  ini calon Walikota mestinya jauh lebih 'basah'  lagi-- ibarate bisa hujan 'duit' to Pak.

Lo kok bisa  'hujan' duit  nalare (rasionya) gimana? Ya, karena calon Walikota pasti modalnya jauh lebih banyak, disamping itu pasti juga didukung oleh para "botoh" (pemodal) besar dibelakangnya, yen ora yo jebol to Pak. Yang paling bisa menentukan kemengan di hari 'H'  selama ini khan besarnya sebaran rupiah, apa rakyat mau makan iklan dan janji-janji  belaka?. Lagi pula masyarakat sekarang sudah cerdas; karena kalau sudah jadi pejabat (terpilih) mereka juga pasti lupa dengan pendukungnya atau  sibuk dengan upayanya memperkaya diri sendiri.  Demikian analisis sang  tukang cukur yang tidak sedikitpun  penulis bantah agar kekecewaannya terlampiaskan.     

Untuk mengurangi  kekesalannya,  penulis  menanyakan : jangan-jangan sampean pulang duluan atau gak kenal sama tim suksesnya? Pertanyaan ini spontan dijawabnya, tidak Pak, karena saya dan rombongan mengikuti acara sampai tuntas dan soal uang saku  juga terpaksa kami tanyakan   langsung kepada tim sukses yang mengundang, namun jawabannya sungguh diluar "dugaan"; Yo sing Ikhlas Wae, Yen ndukung Bapake Dewe (yang ikhlas saja, kalau dukung Bapaknya Sendiri).

Mendengar jawaban demikian sang tukang cukur tetap saja tidak percaya, dimana dirinya malah menuduh bahwa uangnya pasti  'ditilep' semua  oleh tim suksesnya. Tim sukses pasti untung besar dengan  tidak membagikan uang saku yang sudah dibayangkan jumlahnya cukup lumayan  dikalikan jumlah peserta konsolidasi yang mencapai ratusan orang. 

Karena kejadian seperti itu, penulis memancing lagi; apa sampean kapok (jera)  jika mendapat undangan serupa dari kandidat lain mas? Tergantung Pak, tapi harus bisa cerdas mensiasatinya: dengan cara memastikan dahulu  ada uang sakunya nggak? Berapa jumlahnya serta  siapa yang menggaransi?   Jika ada maka DP atau separo uang saku bisa diberikan lebih dahulu dengan jaminan foto copy KTP agar sama-sama meyakinkan.

Selanjutnya, jika dalam konsolidasi uang saku diberikan penuh apakah nantinya juga mempengaruhi pilihan/ pilihannya sama saat pencoblosan? Ya belum tentu juga Pak, karena ini kan baru uang konsolidasi,  nanti menjelang 'pencoblosan' di hari H lain lagi, tinggal siapa yang mau peduli memberi uang saku dengan jumlah yang paling besar, itulah yang biasanya lebih diperhatikan atau dicoblos oleh masyarakat. Lagian  semua kandidat juga gak ada yang kenal dekat dengan kita-kita. Tandas sang tukang cukur.

Obrolan tersebut  setidaknya menjadi gambaran sekaligus  dapat mewakili suasana batin yang dimiliki sebagian masyarakat. Sebagian masyarakat tampaknya masih sangat berharap bahwa akan terjadi 'hujan duit' dalam Pilkada Serentak karena semua kandidat  pasti menginginkan kemenangan dan cara instan yang paling bisa ditempuh adalah membeli suara dengan jumlah signifikan.

Itulah  gambaran betapa beratnya beban yang mesti ditanggung oleh kandidat yang sedang bertarung dalam Pilkada Serentak, mulai berburu dan berebut rekomendasi di DPP Partai Politik, membangun konsolidasi, kampanye, menebar iklan selama berbulan-bulan dan ujungnya harus bisa membeli suara dengan jumlah yang sangat signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun