Mohon tunggu...
alya syahrani
alya syahrani Mohon Tunggu... Lainnya - Alya Syahrani / XI MIPA 3 / 02

SMAN 28 JKT

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua tentang Waktu

11 Desember 2020   11:10 Diperbarui: 11 Desember 2020   11:16 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo, aku Rani, aku ingin bercerita dengan kalian tentang dua sahabatku, Reva dan Riska. Orang-orang sering menyebut kami 3R, ya, kalau kalian sadar, nama kami bertiga sama-sama berawalan huruf R. Aku, Reva, dan Riska saling kenal sejak kami duduk di kelas dua SMP, saat itu kami sekelas. Waktu awal semester, kami belum begitu dekat hingga acara ulang tahun Reva sekitar akhir semester satu.

Kalau ditanya kenapa bisa dekat, aku pun tidak tahu jawabannya, mengalir begitu saja. Kami dekat sekali, suka duka, canda tawa, sedih bahagia, semua kami bagi bersama. Baik buruk satu sama lain pun sudah saling tahu, jadi jarang bahkan kami hampir tidak pernah bertengkar. Aku dan Riska sering kali menginap di rumah Reva, kami juga sangat dekat dengan keluarga Reva, mereka semua baik banget. 

Setelah menerima rapor semester dua, liburan panjang pun tiba. Saat pembagian rapor waktu itu, Reva sedang di Semarang dan yang datang hanya ayahnya. Setelah acara pembagian rapor selesai, kami pun pulang ke rumah masing-masing. Tiba-tiba, Reva mengirim pesan padaku yang berisi "Mau ikut ayah ke Semarang nggak? Nyusul aku". Aku senang bukan kepalang, rindu sekali rasanya lama tak berjumpa dengannya, aku pun meminta izin kepada papa dan mamaku, dan mereka mengizinkan.

Tidak lama setelah itu ada pesan dari Ibu Reva yang meminta data diriku untuk dipesankan tiket pesawat, wah makin senang saja rasanya. Ketika aku sedang sibuk mengemas barang-barangku, aku menerima sebuah kabar yang cukup sedih, Riska tidak diizinkan oleh orang tuanya. Hatiku sangat bimbang kala itu, apakah aku akan tetap pergi sendiri tanpa Riska, atau tidak usah pergi sekalian. Akhirnya aku dan mamaku pergi ke rumah Riska, yang kami temui hanya Kakak Riska, "Iya, nggak dibolehin sama Bapak, Riskanya lagi nangis tuh di kamar," sedih sekali mendengar kakaknya bicara begitu.

Singkat cerita, setelah diskusi panjang akhirnya Riska diizinkan oleh bapaknya, dan kami berangkat ke Semarang sore harinya. Setelah sampai di Semarang, aku begitu senang karena akhirnya bisa melepas rindu dengan Reva. Satu minggu lebih kami berada di Semarang, dan senang sekali rasnaya.

Setelah naik ke kelas tiga SMP, kami pisah kelas, aku dan Riska di kelas C, dan Reva di kelas H. Jarak kelas kami tidak begitu jauh, namun karena sudah harus fokus dengan Ujian Nasional, kami hanya bertemu ketika pulang sekolah. Tetapi hal ini tidak membuat kami renggang, justru semakin dekat. Aku dan Riska masih sering menginap di rumah Reva, menemani Reva les, pergi ke mall bareng, dan tentu belajar bareng.

Tak terasa Ujian Nasional pun sudah selesai, sambil menunggu hasil, kami liburan bersama ke Jogja. Tidak hanya kami bertiga, tetapi juga ada keluarga Reva, mamaku, dan tiga teman kami yang lain. Kami menghabiskan waktu di Jogja sekitar 5 hari, dan di hari terakhir kami mengunjungi UGM. Saking dekatnya, kami bertiga bercita-cita untuk nantinya berkuliah bersama di UGM.

Setelah hasil Ujian Nasional keluar, sekarang saatnya memilih sekolah baru. Aku, Reva, dan Riska berpisah sekolah saat SMA. Saat awal-awal menjadi anak SMA, kami masih dekat, masih suka pergi bareng. Tetapi, lama-kelamaan aku merasa kami mulai renggang. Awalnya aku tidak terima dengan keadaan ini, aku terus bertanya masalah apa yang sedang terjadi, namun aku tidak pernah menemukan jawabannya. Berusaha cuek dan tidak peduli atas apa yang terjadi, namun nyatanya tidak semudah itu. Aku selalu berusaha menghubungi Reva dan keluarganya, bertanya tentang apa salah yang telah kuperbuat, tetapi jawabannya tidak seperti biasanya. Aku dan Riska kini tinggal berdua, kami tidak tahu kemana Reva yang kami kenal dahulu.

Setelah beberapa waktu, aku akhirnya mulai menerima semua yang sudah terjadi. Aku pun sadar, tidak perlu ada masalah untuk membuat kita jauh. Ini semua soal waktu, proses pendewasaan yang membuat kita belajar menerima sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan terjadi. Aku percaya, bila memang Tuhan menghendaki, kami bisa bersama lagi. Mengikhlaskan memang tidak mudah, ada proses panjang yang terjadi, tapi aku yakin, semua yang terjadi memang sudah jalan terbaik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun