Mohon tunggu...
Alya Riskina A.M
Alya Riskina A.M Mohon Tunggu... Penulis - Hiduplah sebagaimana hidup

*I do what i like, I like what i learn, so that I do what I learn, InsyaAllah. *I was active girl at last second. Wkwkwk.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teknik Konseling Seorang Matematikawan

25 Maret 2018   09:54 Diperbarui: 25 Maret 2018   10:17 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://miatyas.blogspot.co.id

Para pembimbing konseling biasanya memiliki cara tertentu dalam menggunakan bahasa komunikasi tertentu saat melakukan konseling. Disini saya akan mencoba memberikan sedikit bocoran tentang bahasa matematikawan yang ternyata cocok digunakan saat melakukan konseling.

Anda pernah berkelana didunia sekolah dasar tepatnya di kelas 4 SD? Jika ia, biasanya anda sudah mengenal apa itu penggaris busur. Yap, betul sekali. Penggaris busur adalah alat yang digunakan untuk untuk menghitung suatu derajat mulai dari sudut 0-360.

Mari kita nalar lagi, saat garis tersebut ada dalam derajat 90, maka sudutnya akan membentuk siku-siku, dan sudut pandang dari arah sudut 90 dan sudut 0 sudah berbeda, lalu jika kita coba lagi pada arah 180 derajat, ternyata yang terjadi adalah keterbalikannya, yakni sudut 180 adalah lawan dari sudut 0.

Hal ini berbeda dengan sudut 360 derajat, ternyata sudut 360 ini letaknya mirip dengan 0 derajat, namun bedanya, sudut 360 sudah berputar penuh sedangkan sudut 0 belum berputar sama sekali. Kita bisa belajar dari percobaan sudut ini, para matematikawan seharusnya mengerti suatu hal yang aneh dan perlu ditelaah kembali ini. Yakini bahwa sudut 0 adalah derajat paling rendah, dan 360 adalah derajat paling tinggi. Artinya, jika kita mencoba menjadi derajat dibawah 360, seperti 90 misalnya, maka yang terjadi adalah, kita hanya menganggap derajat 0 itu sampingan yang kurang penting, sebab letak 90 dan 0 adalah siku-siku.

Derajat 90 ini perumpamaan orang yang baru saja belajar berkomunikasi, jika kita gunakan teknik konseling dengan derajat 90 ini hasilnya tidak baik sebab konseli akan merasa kurang dihargai, seperti jika konselor tidak menanyakan beberapa hal sepele kepada konseli, semacam menanyakan kabar, sudah makan atau belum, dan lainnya.

Derajat yang kedua adaah 180, derajat semacam ini sangatlah berbahaya, sebab sudut pandang konselor dan konseli sangat berlawanan. Bisa kita contohkan saat konselor menghadapi konseli dengan langsung bertanya pada masalah yang terjadi, tanpa mengetahui latar belakang bahkan merasa lebih pintar juga merasa sombong dan bisa mengatasi masalah seorang konseli dengan mudah.

Seharusnya, teknik konseling yang baik adalah teknik derajat 360. Derajat 360 ini menggambarkan walaupun ia sudah berkeliling seluruh derajat yang ada , maksudnya walau dia adalah seorang konselor yang hebat atau memiliki kedudukan yang tinggi, tapi disaat menghadapi konseli , baik dengan latar belakang apapun, dia menganggap semua konseli sebagai sahabat, teman akrab, yang sedang membutuhkan konselor disampingnya.

Sehingga yang perlu ditekankan pada teknik derajat 360 ini adalah keharmonisan dalam konseling, kepercayaan konseli pada konselor, dan pemecahan masalah konseli agar hidupnya lebih damai dan menyenangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun