Mohon tunggu...
Deasy Sukmawati
Deasy Sukmawati Mohon Tunggu... -

Penjejak jalan cinta para pejuang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Langkah Putra Putri Kaki Gunung Sumbing & Sindoro

22 November 2014   11:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncang dunia.” Begitu kata Bung Karno dalam sebuah pidatonya. Kala itu perjuangan Indonesia banyak yang di motori pemuda. Pergerakan-pergerakan melawan penjajah lahir karena semangat pemuda. Lahirnya proklamasi juga atas desakan para pemuda. Tidak heran jika optimisme dan rasa bangga beliau terhadap pemuda begitu tinggi. Tapi masihkah beliau berkata serupa jika melihat kondisi pemuda saat ini? Melihat para pemuda yang semangat kongko-kongko, tapi kalau ke sekolah loyo. Pemuda yang galau tingkat dewa hanya karena mendengar lagu mellow. Yang bangga ikut-ikutan geng anarkis  tak peduli sang ayah ibu banting tulang untuk melunasi kredit motornya . Saat ini banyak pemuda yang lupa bahwa negara merdeka yang di hadiahkan para pahlawan pada generasi-generasi dibawahnya juga harus dipertahankan, diisi dan dibangun. Bahwa kemerdekaan tak hanya cukup dengan status.

Maka berbekal sebongkah kepedulian terhadap pemuda dan masa depan Indonesia itulah, kami segelintir putra-putri Indonesia bergerak mencharge pemikiran dan pemahaman para pelajar di kabupaten berslogan Temanggung Bersenyum ini. Melalui sebuah organisasi kami masuk ke sekolah-sekolah, menawarkan produk pembinaan rutin satu pekan sekali terhadap siswa-siswinya. Kami bergerak membina pemuda-pemudi Indonesia untuk peduli pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, pemerintah dan tanah airnya-Indonesia. Membuat komunitas pelajar SMP dan SMA/SMK, memotivasi mereka agar menjadi inisiator dan provokator kebaikan. Memberi pelatihan , mengadakan training motivasi, menggelar aksi solidaritas dan lain sebagainya.

Seperti sales perabot rumah tangga yang datang dari rumah ke rumah, begitulah perjuangan kami. Ada yang menyambut hangat, ada pula yang menolak. Kadang dipersilahkan masuk, ada kalanya malah dicurigai. Payah, lelah dan ingin menyerah satu dua kali juga ikut menggerogoti semangat. Tapi atas dasar kecintaan kami pada negeri inilah kami bertahan dan tetap optimis meski banyak yang bersikap apatis. Kami tak berharap popularitas ataupun sekedar ucapan terima kasih. Tak mengharap harta benda apalagi imbalan duniawi. Tidak sedikitpun. Kami hanya ingin bangsa ini menyaksikan bahwa masih ada cinta untuk Indonesia, masih ada harapan meski masalah kian membelit leher negeri, dan esok masih ada sosok-sosok yang mampu mengemban amanah dan tujuan negara saat yang benar dan yang salah sulit untuk di bedakan.

Usia kami memang masih seumur jagung tapi semoga dengan visi yang bersih dan misi yang jauh dari ambisi pribadi, kami mampu membawa kota kecil di bawah kaki gunung Sumbing dan Sindoro ini berbenah untuk Indonesia yang lebih baik, adil dan sejahtera.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun