Saat hawa sejuk pagi masih berselimutkan kabut, dan ayam pun masih enggan untuk berkokok, seorang lelaki dengan cangkul berkarat di pundak berjalan menembus dinginnya pagi, cangkul kotor penuh karat yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup bertahun tahun menafkahi keluarga, namanya Suyanto seorang lelaki sekaligus kepala keluarga, pekerja yang tak kenal lelah demi keluarga, bagi orang orang ia hanyalah petani biasa, tapi kisah inspiratif dan semangat nya bisa menjadi contoh untuk generasi muda sekarang.
Suyanto, beliau telah hidup lebih dari setengah abad, bukan terlahir dari keluarga yang kaya, ia lahir dilingkungan yang sangat sederhana dan lebih sering bergelut dengan tanah sawah daripada bermain dengan anak anak sebaya nya. Sejak kecil ia sudah terbiasa untuk bekerja keras, ia anak ketiga dari lima bersaudara, kedua orang tuanya juga tidak bekerja tetap hanya bekerja serabutan dengan menggembala kambing sambil mencari padi sisa sisa dari panenan orang atau yang sering disebut ngasak. Begitu juga anak anak nya yang sejak kecil diajarkan untuk bekerja keras, ketika SD setelah sekolah Suyanto kecil juga sudah menggembala (angon) kambing hingga sore hari tak lupa beliau membawa buku  buku  yang ia rasa belum kuasai dan ia pelajari sambil angon. Kedua orang tuanya juga selalu tegas dalam mendidik anak anak nya apalagi soal religi, tak jarang juga ketegasan ayahnya sering di realitaskan dalam bentuk pukulan dll. akan tetapi bukan karena benci tapi karena ayahnya ingin anak nya tumbuh dengan kesadaran tinggi dan punya rasa tanggung jawab yang besar, dan semua anaknya berhasil menerima pesan yang ingin di sampaikan ayah mereka walaupun dengan cara yang tegas sehingga bisa menciptakan kesadaran dan kedewasaan.
Ketika semua orang meremehkannya dengan kondisi ekonomi dan keluarga yang bisa dibilang kurang, Suyanto tetap berpendirian teguh dan tetap menjalankan hari seperti biasa setelah sekolah ia menggembala atau angon dan ngasak, kebiasaan untuk membawa buku pun masih ia lakukan hingga tiba masanya ia harus menentukan akan melanjutkan pendidikan ke SMEA (setara SMA) atau bekerja dan banyak yang meremehkannya untuk melanjutkan ke SMEA, ia membuktikan nya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas nya dalam belajar dan mengistiqomahkan tahajjud. Usahanya pun membuahkan hasil yang sangat memuaskan, ia berhasil masuk SMEA Negeri yang mana pada masa itu sekolah negeri adalah impian setiap anak, dan orang tua akan sangat bangga jika anaknya bisa masuk sekolah Negeri yang mana Suyanto lakukan dengan usahanya sendiri dan tanpa uang pelicin. Jika kalian mengira perjuangannya berhenti disini maka kalian salah, Jarak dari rumah kesekolahnya adalah 5 km, perjalanan jauh itu jangan dibayangkan seperti sekarang, jangankan kendaraan bermotor ia hanya punya sepeda tua yang telah berkarat, ia berangkat sejak dari pukul 3 dini hari dan baru sampai rumah pukul 8 malam, tak jarang juga ia tidak pulang dan menginap di teman atau di saudara jauh.
Setelah lulus, dunia kerja adalah taman bermain bagi Suyanto, mulai dari kerja ikut perorangan hingga buruh pabrik diluar kota ia jalani hingga ia menikah, setelah menikah pun keluarganya masih numpang dirumah ayahnya hingga 1 tahun, didikan orang tua pun masih di lakukan hingga membuat Suyanto bisa jadi lebih baik lagi dengan mulai hidup di kontrakan, selama 4 tahun Suyanto pun bekerja keras tanpa kenal lelah karna yang ada difikiran nya hanyalah ia tidak ingin melihat keluarganya hidup tidak layak. hingga menjadikannya layak sebuah robot yang tak kenal rasa lelah, pergi pagi buta ke sawah untuk bercocok tanam dan pulang di tiap adzan berkumandang di malam hari ia mulai membuka buku buku nya lagi untuk mendaftar CPNS tak jarang juga ia sering bepergian untuk belajar dengan mereka mereka yang telah lolos tanpa ada rasa malu sedikit pun ia mendatangi satu per satu untuk belajar, disisi lain ia juga sering sowan kepada para kyai untuk meminta bimbingan untuk kelancaran, sama seperti sebelum sebelumnya usahanya membuahkan hasil ia berhasil lolos menjadi perangkat desa, selama 4 tahun itu pula, Suyanto dengan keluarga telah pindah kontrakan sebanyak 4 kali, setelah terkumpul uang ia pun ingin membeli tanah yang akan dibangun rumah akan tetapi ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk mendaftar haji untuknya dan istrinya karena ia percaya Allah akan menggantinya dan benar saja seiring berjalannya waktu akhirnya di tahun ke 4 Suyanto bisa membeli tanah yang akan dibangun rumah untuk keluarganya.
Hidupnya pun mulai tertata dengan baik walaupun seiring bertambahnya usia kesehatan pun memaksanya untuk mengukur kekuatan dirinya dengan mengurangi pekerjaan berat. Dengan hasil yang telah ia tuai sekarang tak lupa ia juga mengabdikan dirinya kepada masyarakat baik itu di lingkungan sosial maupun keagamaan. Kebiasaan murah senyum, saling sapa, dan setiap ucapan yang tidak menyakiti orang lain tanpa alasan yang jelas juga ia lestarikan hingga orang orang yang pernah meragukannya kini mulai menghargainya. Di Organisasi keaagamaan ia juga dikenal dengan seseorang yang aktif dan amanah dalam menjalankan amanat yang ia emban, karena amanat yang ia bawa akan ia pertanggung jawabkan. Gesekan demi gesekan dengan masyarakat juga tak jarang ia  rasakan, akan tetapi ia sudah bisa membaca karakter orang orang di sekitarnya dan bisa merangkul semuanya dengan baik, kini ia menjadi salah satu bagian penting di kepengurusan NU baik di desa maupun kecamatan, ia menjadi ketua Tanfidziyah desa dan menjadi bagian dari Banser MWCNU. Menurutnya di usia nya yang kini makin tua sudah tidak ada lagi yang ia kejar, ia ingin fokus dengaan organisasi keagaamaan karena itulah yang bisa ia lakukan untuk masyarakat. Kisah perjalanan hidup Suyanto yang mulai dari 0 hingga bisa selayak sekarang menjadi bukti hidup bahwa cinta sejati tidak selalu berbentuk kata-kata melainkan keringat, luka, dan pengorbanan yang diam-diam tumbuh mekar indah, perjuangan nya menumbuhkan buah yang manis dan ia panen di masa tuanya sekarang. Jadi tidak ada kata tidak mungkin selama ada kemauan yang besar dan semangat yang tinggi, ingat! Apa yang kamu lakukan hari ini adalah Tabungan mu di masa depan kelak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI