Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bila Ta'aruf Menjadi Solusi Perjodohan

25 Mei 2021   23:10 Diperbarui: 25 Mei 2021   23:25 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : The Asian Parents

Telat menikah sebenarnya tidak ada standart umur maksimal di dalam pernikahan. Masyarakatlah yang sering membuat batasan tersebut. 

Masyarakat menilai seorang wanita jika sudah usia tigapuluh tahun ke atas dikatakan sebagai perawan telat menikah. Sedangkan untuk pria, sebutan lelaki telat menikah lebih jarang terdengar. Walaupun setidaknya di atas empat puluh tahun baru dibilang telat menikah.

Mengapa bisa terjadi kesenjangan batasan usia demikian? Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab kesenjangan batasan usia ini adalah :

  1. Wanita mempunyai batasan masa kesuburan pada organ reproduksinya. Masa kesuburan pada wanita menurut badan kesehatan dunia (WHO), yang dilansir dari www.health.kompas.com, adalah usia 14-49 tahun. Namun puncak masa subur dan kualitas telur terbaik adalah di usia 20-30 tahun. Penurunan sel telur terjadi mulai usia 32 tahun.
  2. Lelaki mempunyai batasan empat puluh tahun, karena menurut ahli pada usia tersebut sudah mulai mengalami penurunan kesuburan dan kualitas sperma. Walaupun sebenarnya secara logika selama masih bisa mengeluarkan sperma, masih bisa membuahi sel telur selama kualitas sel spermanya baik.
  3. Lelaki adalah pejuang keluarga. Dalam keluarga biasanya ia adalah idola, sang pencari nafkah, yang selalu memikirkan kondisi adik-adiknya agar minimal bisa menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu.

Lalu bagaimana dengan perjodohan di atas, akankah berakhir dengan bahagia?

Saya mengambil contoh kedua adik kandung saya yang nomor tiga dan empat. Keduanya menggunakan jalur ta'aruf seperti di atas. Tanpa ada proses pacaran sama sekali. Keduanya berpegang teguh pada syariat Islam, dan bertujuan menikah adalah dengan niat ibadah kepada Allah yaitu menyempurnakan separoh agamanya. Dan proses ta'aruf dipilih karena untuk menjaga hati dan ibadahnya agar tidak terkotori oleh hal-hal yang bisa membawa kepada mendekati zina.

Sampai kini keduanya hidup bahagia, rukun, bersama anak-anaknya. Cobaan hidup dalam pernikahan pastilah ada. Semua dilahap dan dikunyah pelan-pelan agar bisa diurai dengan baik untuk mendapatkan solusi terbaik.

Kesamaan visi dan misi di awal sebelum pernikahan yang disampaikan saat proses ta'aruf amatlah penting. Sehingga untuk melangkah ke jenjang selanjutnya dalam membina keluarga, mewujudkan cita-cita menjadi lebih mudah. InsyaAllah.

Jodoh seseorang memang sudah ditulis di Lauh Mahfuzh. Semua sudah tertulis dalam kitab catatan kejadian alam semesta yang hanya Allahlah yang memilikinya. 

Walau demikian, jodoh perlu diikhtiyarkan, agar sempurna ibadah kita. Tak perlu sedih bila jodoh belum tiba juga, mungkin Allah masih menginginkan kita menjadi insan yang lebih baik lagi. Sehingga Allah akan pertemukan jodoh kita dengan cara-cara terindahNya.

Namun jangan pernah berputus semangat dalam meraih kebahagian menyempurnakan separoh agamamu. 

Bila terdapat banyak salah kata dan kalimat saya mohon maaf, semoga bermanfaat.

Bantul, 25 Mei 2021

Salam,

Alviyatun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun