Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tak Ada Halangan tapi Tak Puasa, Kenapa?

28 April 2021   22:01 Diperbarui: 28 April 2021   22:13 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.islampos.com

Assalammu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.

Kehadiran bulan ramadhan adalah hal yang tak terpisahkan dari firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

Yayyuhallana man kutiba 'alaikumu-iymu kam kutiba 'alallana ming qablikum la'allakum tattaqn

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.

Nah, ayat yang satu ini sangat populer dan paling diingat saat bulan ramadhan. Melalui ayat itulah Allah memerintahkan semua orang yang beriman kepadaNya untuk mengerjakan puasa di bulan ramadhan.

Lalu mengapa memilih ramadhan sebagai bulan untuk wajib berpuasa? Ternyata ayat di atas tidak berhenti sampai di situ saja. Ada lanjutannya yaitu pada ayat 184, 185.

Pada Al Baqarah ayat 184 dijelaskan bahwa, "yaitu beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa) maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. 

Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati menjalankan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Kemudian dipilihnya bulan ramadhan dijelaskan pada ayat 185 yang artinya: "Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu barangsiapa diantara kamu ada dibulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan(dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."

Ayat-ayat tersebut terutama ayat 183-185 selalu dilantunkan oleh para khotib saat mengisi kultum terutama pada awal-awal ramadhan. Ayat tersebut juga sebagai pengingat bagi kaum muslim, bahwa puasa ramadhan adalah wajib. Jika tidak menjalankannya karena suatu hal ada ketentuan yang harus dijalankan, ialah mengganti puasa tersebut dengan berpuasa di lain waktu.

Walaupun banyak ustadz atau ulama yang berkali-kali mengingatkan tentang hal ini, nyatanya masih banyak kaum muslim yang tak mengindahkan perintah puasa ramadhan tersebut. Alasannya sepele, karena tidak kuat menahan lapar dan haus.

Padahal puasa itu apabila diniatkan karena Allah insyaAllah dikuatkan. Pada hari-hari pertama puasa wajar jika masih merasa berat menjalani, tetapi jika sudah berhari-hari tentu akan terbiasa.

Kiana, anak tetangga saya berusia 6 tahun, masih sekolah Taman Kanak-Kanak, ia berhasil menjalankan puasa Ramadhan dan sampai hari ini belum pernah bolong. Sedangkan ayah saya usia 78 tahun, beliau bahkan stroke sudah cukup lama, tetapi tetap kuat menjalankan puasa ramadhan.

Sehingga saya mengambil kesimpulan jika ada pemuda atau seseorang muslim/muslimah yang masih usia produktif kok sampai tidak berpuasa, padahal tidak mempunyai halangan apapun, itu karena kurangnya kesadaran dalam bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Tentu jika sudah diingatkan, tetapi masih saja belum mau puasa, didoakan saja semoga Allah membukakan pintu hidayah kepadanya. Karena hanya Allahlah yang bisa membolak-balikkan hati manusia.

Tak perlu memaksa, karena segala amal manusia segala konsekuensinya ada di dirinya masing-masing. Allah yang maha memperhitungkan amal dan dosa yang kita perbuat (lagi-lagi menyuplik lirik lagunya Ebiet G Ade).

Mempertebal keimanan memang harus dipupuk sedari kecil, sehingga akan berproses tidak semerta-merta langsung baik. Agar proses ini berjalan dengan baik, tentu butuh pendamping terutama dari keluarga (orangtua), lingkungan yang mendukung seperti saudara, teman dan sahabat. Jika semua elemen ini tersedia insyaAllah iman akan terbentuk perlahan-lahan dan semakin lama semakin bertambah.

Akhirnya suatu saat dengan kesadaran sendiri ia akan menjalankan ibadah puasa mengingat perintah Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183 tersebut.

Demikian tulisan singkat ini, ada kekurangan dan kesalahan karena minimnya pengetahuan saya.

Terimakasih telah menyimak.

Wassalammu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.

Salam Ramadhan,

Alviyatun.

Sumber referensi: Al-Qur'an Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun