Mohon tunggu...
Alvira Niryana Ravila
Alvira Niryana Ravila Mohon Tunggu... Lainnya - asisten riset

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengolahan Limbah Cair Proses Pascapanen Kopi Menggunakan Metode Mycelial Mat

30 November 2022   13:53 Diperbarui: 30 November 2022   13:57 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia khususnya sebagai sumber devisa negara. Berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan, pada tahun 2021 diperkirakan Jawa Barat saja menghasilkan kopi sebanyak 22.814 ton. Seiring peningkatan produksi kopi maka akan terjadi pula peningkatan limbah pertanian maupun limbah dari proses pasca panen yang dilakukan. Salah satu limbah yang meningkat adalah limbah cair yang dihasilkan dari proses perendaman dan fermentasi yang dilakukan untuk melepaskan lendir buah dari biji kopi.

Limbah cair dari proses pasca panen kopi ini mengandung berbagai senyawa organik serta flavonoid yang berasal dari kulit dan daging buah atau ceri kopi. Senyawa ini bertanggung jawab pada warna limbah cair yang gelap. Selain itu, limbah cair kopi memiliki pH yang cenderung asam, yang seiring dengan waktu dapat semakin asam akibat adanya pertumbuhan berbagai mikroba yang secara alami ditemukan di buah kopi maupun di tempat pengolahannya.

Di Indonesia, limbah cair kopi masih menjadi masalah bagi petani karena kesulitan dalam membuang limbah tersebut. Pada umumnya, limbah cair dibuang langsung ke sungai atau tanah. Pengolahan limbah cair yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran tanah dan badan air. Pembuangan limbah cair langsung ke tanah dapat memengaruhi kesuburan tanah dan menurunkan pH tanah, selain itu pembuangan limbah cair ke badan air akan memengaruhi pula biota yang terdapat di badan air tersebut. Selain penurunan pH air, maka akan terjadi penurunan oksigen terlarut pada air yang akan mengakibatkan kematian biota air seperti ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan limbah cair kopi sebelum dibuang langsung ke lingkungan.

Hingga saat ini terdapat beberapa metode pengolahan limbah cair pascapanen kopi seperti pembuatan pupuk tanaman dari limbah cair. Selain itu, terdapat juga metode fitoremdiasi. Namun, penggunaan tanaman ini masih terdapat kekurangan seperti memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, limbah cair yang dihasilkan dalam jumlah besar memerlukan wadah atau tempat serta instalasi pengolahan yang besar pula. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan metode mycelial mat yang berbasis mikoremediasi. Metode mikoremediasi dinilai lebih cost-effective dan memerlukan waktu yang lebih singkat untuk budidaya kultur fungi. Bahkan pembuatan mycelial mat ini dapat memanfaatkan limbah padat dari proses pasca panen kopi yang seringkali menjadi sumberdaya yang kurang dimanfaatkan, atau menjadi limbah di tempat pemrosesan kopi.

dokpri
dokpri
Oleh karena itu pada tahun 2022, salah satu tim dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, mengusung kegiatan "Pengolahan Limbah Cair Proses Pasca Panen Kopi Menggunakan Metode Mycelial Mat di Jawa Barat". Tim ini terdiri dari Bapak Intan Taufik, Ph.D dan Ibu Ir. V. Sri Harjati Suhardi, Ph.D serta asisten dan mahasiswa Prodi Mikrobiologi ITB. Kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) yang didanai oleh LPPM ITB ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan keterampilan petani dalam melakukan pengolahan limbah cair pasca panen kopi.Kegiatan yang mendapatkan pendanaan dari LPPM ITB ini diawali dengan melakukan pengambilan sampel limbah cair proses pascapanen kopi dari salah kelompok tani di Gunung Burangrang, Kab. Bandung Barat pada tanggal 20 Maret 2022. Limbah cair yang didapatkan selanjutnya digunakan dalam uji pendahuluan dengan menggunakan 5 jenis fungi yang berbeda. Jenis dengan kemampuan tumbuh yang baik pada limbah cair kopi, selanjutnya dipilih untuk uji coba skala pilot. Kajian di laboratorium dibantu oleh asisten tim dan akhirnya berhasil mengolah limbah cair dengan pH awal 3,58 (asam) menjadi 7,01 (netral) dalam waktu 7 hari. Namun, kenaikan pH ini tidak mengakibatkan perubahan cair secara signifikan. Besar kemungkinan proses pengolahan limbah cair memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan perubahan warna yang signifikan.

Selain itu, tim penelitian juga melakukan kunjungan lapangan ke 2 kelompok tani di Jawa Barat yang berada di Gunung Malabar dan Gunung Kamojang pada tanggal 23 Juli 2022. Tim memberikan pelatihan cara penggunaan mycelial mat untuk mengolah limbah cair proses pascapanen kopi. Kegiatan kunjungan lapangan juga dijadikan ajang bertukar pikiran, termasuk mengenalkan aspek mikrobiologi dalam proses pascapanen kopi. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi transfer ilmu antara peneliti dengan petani kopi sehingga akan meningkatkan keterampilan petani dalam mengolah limbah cair pascapanen kopi.  

Harapan ke depannya, kelompok tani atau wilayah sasaran dapat dijadikan model percontohan bagi daerah lainnya di Indonesia dalam hal menanggulangi dan memaksimalkan pemanfaatan limbah cair kopi, tentunya dengan dilakukan peningkatan pembinaan. Pembinaan yang dapat dilakukan selain terkait dari segi pertanian dan perkebunan, dapat juga dilakukan dari segi usaha kecil dan menengah atau potensi bisnis untuk memaksimalkan produktivitas dan pendapatan anggota kelompok tani yang terdapat dalam wilayah sasaran.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun