Mohon tunggu...
Alvin F. Zahro
Alvin F. Zahro Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Pemula yang masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Homesick" - Ku Juga Inginkan Pulang

5 November 2017   09:52 Diperbarui: 5 November 2017   10:01 2092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hospitalitynet.org/opinion/4076507.html

Homesick adalah teman sehari-hari bagi seorang perantau. Saat berada diperantauan bawaannya ingin pulang. Tapi jika di rumah bawaannya pengen keluar aja. Siapa yang setuju? 

Anak rantau mana yang tidak rindu dengan keluarga terutama kedua orang tua. Orang yang selalu menemani kita ketika sedih dan senang. Bahkan kucing peliharaan pun juga bisa menjadi alasan seorang perantau homesick. Namun sekarang harus hidup diperantauan hanya untuk satu tujuan yakni "kesuksesan". Entah itu untuk belajar atau bekerja. Tapi untuk mencapai suatu yang diingginkan perlu adanya pengorbanan, meskipun salah satunya harus jauh dari orang tua. Memang berat. Tapi selama kita tidak mengecewakan mereka, kemudian ketika pulang membawa kesuksesan, mereka akan turut bahagia karenanya.

Saya akan mengshare sedikit tentang apa yang saya rasakan selama di ranah rantau. Mungkin kalian pun merasakan apa yang saya rasakan. Atau bahkan lebih dari apa yang saya rasakan, atau bisa jadi kalian tidak merasakan apapun.

  1. Kangen dan hanya bisa telepon atau video call. "Assalamualaikum adek. Lagi ngapain sekarang? Sudah sholat belum? Sudah makan belum? Sudah belajar belum? Uangnya masih ada? (maklum saya belum punya usaha jadi masih nunggu transfer dari ayah kalau lagi bokek)". Pertanyaan-pertanyaan itu seperti hal wajib yang di tanyakan pertama kali ketika telepon. Mungkin rindu itu sedikit terobati dengan mendengar suara mereka atau melihat wajah mereka meski lewat video. Hanya saja terkadang hati ini miris karena rindu tak bisa bertemu dan berkumpul bersama.
  2. Inginkan pulang tapi waktu dan jarak tak bersahabat.Ketika sabtu tiba, itu adalah hari dimana bisa pulang sejenak bertemu keluarga bagi mereka yang rumahnya dekat dengan ranah rantaunya. Tapi tidak dengan saya. Saya juga inginkan pulang seperti mereka. Tapi apa daya saya tidak bisa karena waktu dan jarak yang tak bersahabat. Harus menunggu libur panjang untuk bisa pulang.
  3. Tiba-tiba pikiran hanya tertuju kepada orang tua. Mungkin itu yang dinamakan koneksi antara orang tua dan anak. Jikalau ada sesuatu pasti ada saja yang tidak nyaman dalam benak kita. Apalagi jika kita tau kalau orang tua kita sedang mendapat musibah entah itu karena ada suatu masalah atau karena sakit. Teringat ketika masih kecil dan saat ketika sakit, pasti kedua orang tua ku sangatlah khawatir, begitu juga sebaliknya. Apalagi jika kita tau kalau orang tua kita mempunyai riwayat penyakit tertentu, pasti semakin menjadi-jadi jika ada hal yang buruk, naudzubillah.
  4. Takut mengecewakan. Ini adalah hal yang sangat berat untukku, dimana ketika kita mengecewakan orang tua kita tentu kita tau kalau orang tua kita pasti sedih. Mengecewakan dalam hal apa? Dalam hal apapun, seperti kita belum punya uang sendiri tentu saja kita masih minta ke orang tua kita, tapi nyatanya uang itu kita belanjakan dengan tidak semestinya. Kemudian ketika kita dikuliahkan dan nilai kita jelek karena males-malesan, dan lain sebagainya.

Kalau kita belum bisa memberikan sesuatu kepada orang tua, tidak apa-apa. Karena saya yakin orang tua kita pasti tau kemampuan setiap anaknya. Tapi setidaknya jangan mengecewakan mereka, dan berusahalah untuk tidak membuat mereka sedih. Karena bagaimana pun juga orang tua adalah superhero kita. Jadi sungguh berdosa sekali ketika kita menyakiti mereka.

Teringat masa kecilku

Kau peluk dan kau manja

Indahnya saat itu buatku melambung

Disisimu terngiang hangat nafas segar harum tubuhmu

Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu

Lagu dari Ada Band ini selalu mengingatkan saya kepada orang tua saya. Bagaimana mereka merawat  saya dari saya terlahir hingga sampai sekarang ini, bagaimana mereka mendidik saya menjadi anak yang baik, penurut, dan mandiri. Bagaimana mereka bisa menyayangi saya sepenuh hati. Bagaimana mereka bisa memotivasi saya untuk selalu berkarya dan berprestasi. Bagaimana mereka selalu ada disetiap mimpi-mimpi saya. Terima kasih ayah bunda karena telah mendukung putri kecilmu ini selama di ranah rantau. Sungguh kebahagiaan itu kurasakan di antara keluarga sederhanaku ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun