Mohon tunggu...
Alvin Hasan Buchori
Alvin Hasan Buchori Mohon Tunggu... Peternak - Pascasarjana IAIN Kediri

Alvin Hasan Buchori Pascasarjana IAIN Kediri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Rukun Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat

27 Desember 2020   19:35 Diperbarui: 27 Desember 2020   19:41 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rukun islam memang mendapatkan posisi yang sangat urgent dalam proses realisasi visi Nabi Muhammad. Tidak hanya sekedar pemahaman, praktek dan hikmahnya harus dapat diraih untuk (secara sederhana) terhindar dari siksa-Nya. 

Jika pemahaman dan praktek serta hikmah dapat diraih oleh manusia, maka sudah barang tentu Allah akan memberikan manusia kebahagiaan kelak di akhirat. "Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (terhadap keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada Rosul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami atas orang-orang yang berdosa", firman Allah dalam surat Yusuf ayat 110. Dari penggalan ayat tersebut Allah akan menyelamatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan tidak dapat ditolak siksa-Nya bagi orang-orang yang mendustakan-Nya, dan yang dimaksud para pendusta adalah kaum Nabi yang tidak lagi beriman.

Sudah sangatlah jelas janji Allah SWT dalam ayat tersebut, sehingga dapat dikorelasikan dengan rukun islam yang pertama. Mungkin ketika dikaji kembali sholat, zakat, puasa dan haji memiliki batasan-batasan waktu tertentu, berbeda dengan rukun syahadat yang tidak pernah sekalipun diinformasikan memiliki batas waktu. Jika difikir kembali memang lucu ketika mempertanyakan batas tehadap "kesaksian", tapi inilah yang menjadi penopang rukun-rukun islam lainya. 

Misal, tanpa mempertimbangkan "kesaksian" dalam sholat, apakah sholat benar-benar akan mendekatkan diri manusia kepada Allah, lebih-lebih mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Atau hanya sekedar ritual yang tak jelas arah dan tujuanya. 

Seringkali bentuk "kesaksian" ini dianggap tidak sepenting rukun-rukun islam yang lain, dengan dalih sudah sangat sering diucapkan dalam bentuk ritual-ritual ke-islaman yang lain. Sangatlah tidak mungkin jika "kesaksian" diacuhkan dalam proses kehidupan dapat merealisasikan visi yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, dan tidak mungkin pula manusia akan mendapat kebahagiaan kelak diakhirat.

Ketika syahadat mendapat posisi yang paling urgent dari rukun-rukun islam yang lain dalam kehidupan beragama islam, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana praktik syahadat itu sendiri dan sebesar apa pengaruh syahadat dalam proses berkehidupan?. 

Telah dijelaskan dalam surat Al-A'raf ayat 33 yang artinya : " Katakanlah (Muhammad), Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji, yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan mengharamkan kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.". dari ayat tersebut sudah sangatlah jelas bagaimana agar manusia tidak mendapatkan siksa-Nya kelak. 

Dengan tidak berbuat keji, zalim serta tidak mempersekutukan Allah. Kalimat syahadat yang berarti "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah" harus dapat dimanifestasikan dalam proses hidup, maksudnya kita harus selalu menyertakan Allah dan Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti yang sering disampaikan Cak Nun dan Habib Anis Sholeh Ba'asyin dalam pengajian maupun lewat tulisan-tulisanya.

Pada zaman sekarang kita seringkali menjumpai ketidakberesan-ketidakberesan yang terjadi disekeliling kita, baik secara langsung atau yang bersifat melibatkan kita dalam kejadian tersebut maupun lewat hal lain, seperti media ataupun yang lainya. 

Problem sosial sering juga mewarnai proses kehidupan manusia, mulai dari yang berskala kecil seperti problem keluarga, pertemanan, ataupun asmara sampai yang berskala luas seperti korupsi, sengketa lahan sampai problem industri yang tak henti-hentinya menyerang mental manusia. 

Zaman sekarang bisa dikatakan mayoritas manusia sudah diasingkan dengan hubungan langsung dengan Sang Pencipta, kebanyakan memang beranggapan bahwa kehidupan di dunia haruslah dinikmati, dan celakanya nikmat dunia dapat diperoleh dengan berbelanja. Mulai dari bangun tidur hingga menuju tidur lagi, tidak pernah terlepas dengan "pekerjaan". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun