Mohon tunggu...
Alvin Haidar
Alvin Haidar Mohon Tunggu... Relawan - Chemical engineer in the making

Teknik kimia ITB 2016, Terbentur, terbentur, terus tidur Pembelajar, pelajar, pengajar, terhajar.... Cek ig @sobatgajah yakkk

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Radikalisme di kampus? Terutama lewat Masjid Salman ITB?

24 Mei 2017   23:18 Diperbarui: 24 Mei 2017   23:23 3098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah, Assalamualaikum teman-teman semua

Hari ini 24 Mei medsos saya sempat diramaikan oleh pemberitaan Tempo dengan judul "NU: Radikalisme Menyebar ke Kampus, Terutama Masjid Salman ITB".  Saya yang menjalani  hari-hari biasa sebagai mahasiswa terutama di ITB dan biasa nongkrong di Salman jelas sedikit terciduk terkait pemberitaan ini. 

Namun tulisan saya kali ini bukanlah untuk menjudge state beliau terkait masalah tersebut, saya paham beliau adalah orang berilmu, terlepas dari segala kekurangannya. Saya paham isu radikal memang sedang marak membendung Indonesia (entah radikal yang beliau maksud seperti apa) dan saya paham benar kampus memang target yang sangat strategis untuk menyebarkan paham-paham radikal. Namun di sisi lain apakah mahasiswa terutama ITB dengan mentah2 menerima hal tersebut? Saya harus berpikir 2 kali jika mahasiswa ITB yang "super" sibuk dan terkenal cerdas menerima radikalisme mentah-mentah.

Kali ini saya akan memberikan perspektif saya sebagai orang yang hobi nongkrong sambil minum teh di Masjid Salman, benarkah isu radikal menyebar di ITB terutama di Salman ITB? Well, jawaban saya mungkin cenderung kepada TIDAK. Pertama, mari kita kaji apa sih Visi dan Misi Masjid Salman ITB? Well, mungkin cukup panjang untuk menuliskan semuanya, saya hanya akan meng-highlight isi visi berupa "Menjadi masjid kampus yang mandiri sebagai wadah pembinaan insan, pengembangan masyarakat, dan pembangunan peradaban yang Islami". Ya, Salman memang masjid kampus yang boleh saya bilang menjadi panutan masjid-masjid di kampus lain, kenapa? Segala aktivitas ibadah,ekonomi,kemahasiswaan, dan kajian berjalan di Salman hampir setiap hari. Bisa dibayangkan Salman memiliki pelayanan yang luar biasa terhadap jamaahnya yang notabene mahasiswa serta orang-orang secara umum, hampir 24 jam Salam terbuka untuk umum dan tidak jarang orang-orang menginap di Salman. Boleh dibilang Salman memang sangat terbuka, terserah anda orang NU,Muhammadiyah, Salafiyah, anda bisa menjadi bagian dari kader Salman, namun  layaknya suatu organisasi pergerakan, kita harus kembali kepada visi dan misi Salman. Alhasil saat menjadi kader Salman anda harus melepas dulu identitas-identitas ormas dan lain dan mulai bergerak bersama. Melihat poin pertama Salman sebagai masjid kampus yang terbuka ini,  sangatlah aneh jika kita mengeneralisasikan Salman berisi penyebaran radikalisme untuk orang-orang di kampus.

Kedua, jika anda masih ragu terhadap kepercayaan saya terhadap Salman ITB, mari saya ceritakan pengalaman saya ketika 2 kali mengikuti kaderisasi Salman.  Sudah 2 kali saya mengikuti kaderisasi di Salman yakni Salman Spiritual Camp (Semacam mabit) dan LMD (Latihan Mujtahid Dakwah). Nilai-nilai dan konten materi kaderisasi dibawakan oleh pembesar-pembesar Salman terutama oleh ketua pengurus YPM Salman ITB Pak Syarif dari Teknik Ketenagalistrikan. Hal terpenting dari seluruh kaderisasi berujung pada pemahaman sifat Salman yang menurut saya cenderung moderat dan berbasis keilmuan. Ya kembali lagi ke visi dan misi ..... pembangunan peradaban yang Islami,   konten-konten materi kaderisasi Salman yang berbasis pengetahuan, berpikir, dan kemanusiaan sangat membuang image jauh Salman yang dikatakan menyebar paham radikal. Pelatihan-pelatihan seperti LMD pun  merupakan kegiatan training Salman yang sudah ada sejak 1974 yang digagas oleh Imaduddin Abdurrahim yang dikenal sebagai Bang Imad pada jamannya.

Ketiga, ialah Salman ITB dilihat dari sudut pandang kemahasiswaan, mengapa mahasiswa? Karena kita paham bahwa sasaran radikalisme kampus sudah jelas Mahasiswa. Lantas apakah Salman  Salman memiliki unit kegiatan kemahasiswaannya (UKM)  tersendiri terpisah dengan ITB. Ada sekitar 7 UKM di Salman dan rumah kayu sebagai sekretariatnya, dari seluruh unit yang ada justru saya melihat bagaimana unit-unit di Salman memiliki scope kajian dakwah yang luas. Unit-unit mencakup kegiatan  kajian agama Islam, pembinaan remaja, anak-anak, iptek, perfilman, ngaji,hingga mengajari anak SMA dan ITB pun ada. Saya yang berinteraksi dengan para kader-kader Salman di unit pun justru merasakan keberagaman sifat, menghormati prinsip, tanpa adanya upaya untuk saling menggiring dan memaksakan. Hal inilah yang membuat saya berpikir kembali tentang penyebaran radikalisme dengan lingkungan UKM yang demikian

Terakhir, mungkin sangat perlu bagi kita untuk menelisik terlebih dahulu sebelum berkomentar. Saya berhusnudzon mungkin bapak Aqil Siradj kurang blusukan main ke Salman ITB. adanya penyebaran radikalisme memang sangat terbuka di setiap kampus, bukan hanya ITB maupun Salman, namun bukan berarti hal tersebut kita diamkan. Saya setuju dengan pendapat pak Aqil terkait radikalisme yang harus kita bendung demi tercapainya keharmonisan bangsa Indonesia, namun sayangnya indikator radikalisme itulah yang kurang dipahami masyarakat secara awam sehingga pikiran orang secara umum saat mendengar istilah radikal sangat erat kaitannya dengan teroris, pemboman, dan garis keras. Padahal masyarakat secara umum kurang tercerdaskan dengan pemahaman radikalisme tersebut. Apa yang dibawa NU mungkin akan berbeda dengan yang lain, namun tidak mungkinkan apa yang berbeda dengan NU kita cap sebagai radikal? Islam akan kuat jika kita bergerak bersama, namun bagaimana Islam bisa maju kalau kita sesama muslim masih memberikan stigma negatif kepada kaum kita sendiri? Mari kita renungkan bersama...

Akhir kata terima kasih kepada kawan-kawan yang membaca, maafkan bila penulis masih memiliki banyak kekurangan, jika ada yang salah jangan sungkan tuk berkomentar.....

Wassalam

Saran:

Untuk pemberitaan seperti ini alangkah baiknya sebelum di publish, terlebih dahulu media yang bersangkutan melihat dinamika masyarakat secara umum. Saya amati konten tulisan justru lebih berfokus pada pengembangan kominfo dalam pencegahan pembendungan radikalisme dibanding ucapan pak Aqil ini. Saya khawatir highlight berita pada bagian judul tersebut justru membuat perpecahan dan bersifat provokatif, apalagi ditulis disitu NU yang berbicara, padahal itu bukanlah suara NU secara umum. Terima Kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun