Mohon tunggu...
Alvin Haidar
Alvin Haidar Mohon Tunggu... Relawan - Chemical engineer in the making

Teknik kimia ITB 2016, Terbentur, terbentur, terus tidur Pembelajar, pelajar, pengajar, terhajar.... Cek ig @sobatgajah yakkk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Part 2] Menelisik Sudut Pandang Wabah dalam Perspektif Al-Quran dan Hadis

19 Maret 2020   18:53 Diperbarui: 20 Maret 2020   05:22 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik.com

Sambungan...

Keempat, ialah obat penawar virus. Waktu lama yang dibutuhkan untuk menanggulangi pandemik COVID-19 salah satunya ialah disebabkan belum selesainya pengembangan vaksin virus COVID-19. Hal ini disebabkan masih adanya efek samping yang ditimbulkan dari vaksin yang dikembangkan. Pengembangan vaksin membutuhkan perencanaan luas mengenai desain, produksi dan pemurnian vaksin, pengujian praklinis pada hewan (untuk memastikan keamanan pada manusia), dan berbagai fase uji klinis pada manusia[5].

Allah telah menjamin bahwa setiap jenis penyakit yang diturunkan pasti mengandung penawarnya. Seperti yang disebutkan dalam Hadis Rasulullah SAW:

"Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya." (HR Bukhari).

Terakhir, ialah aspek kehidupan sosial ekonomi yang berjalan selama masa wabah. Naiknya permintaan dan rendahnya kapasitas produksi (rendahnya penawaran) membuat terjadinya kelangkaan pada beberapa kebutuhan primer seperti masker dan juga kenaikan harga[6]. Tidak sedikit pihak yang tetap mencari keuntungan di tengah penderitaan yang terjadi oleh para korban. Padahal Rasulullah SAW telah menjelaskan terkait larangan ini

Dari Ma'mar bin Abdullah; Rasulullah bersabda, "Tidaklah seseorang melakukan penimbunan melainkan dia adalah pendosa." (H.r. Muslim, no. 1605)

Islam sejatinya ialah agama yang menyeluruh dan mengatur segala aspek kehidupan. Pesan Rasulullah SAW tersebut menunjukkan bahwa perkara seperti wabah tidak hanya berdampak pada kesehatan dan pengobatan tetapi juga aspek sosial dan ekonominya. Driving force dari adanya penimbunan justru akan membuat ketimpangan dan masyarakat menjadi lebih sengsara di saat-saat terjadinya wabah.

Akhir kata, wabah COVID-19 yang melanda secara global dapat kita sikapi dengan bijak sebagai hikmah dan sarana meningkatkan keimanan atas Al-Quran sebagai wahyu Allah. 

Kejadian besar yang terjadi di seluruh dunia saat ini mampu menjadi refleksi bagi kita bahwa tanda-tanda yang diberikan Allah melalui Al-Quran dan sunah mencakup berbagai aspek baik dari segi fisik kimia virus, penanganan wabah, sosio-ekonomi hingga upaya pencarian obatnya. Hal ini semakin meningkatkan keyakinan dan menangkal argumen kaum orientalis terkait tidak utuhnya Al-Quran sebagai wahyu yang murni dari Allah SWT.

Mendukung sifat wahyu yang meta-historis tidak terikat sejarah, Al-Quran bukanlah hanya produk sosial dan budaya orang Arab saat itu namun berlaku sepanjang zaman dan sepanjang waktu. 

Pandemik COVID-19 yang terjadi menjadi bukti nyata yang mendukung bahwa apa yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW semenjak abad ke-7 memiliki korelasi yang menyeluruh dan berasosiasi dengan segala aspek kehidupan baik di masa kini dan masa mendatang. Sebagai umat Islam mari kita mengikuti dan menjalani segala proses wabah ini mengikuti ulil amri dan ulama untuk menghindari kerusakan bersama-sama. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya, wallahu alam.

Referensi:

[1] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur`an Jilid 2, Tangerang: Lentera Hati, 2011, hlm. 557-558.
[2] Manna' Khalil Al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur'an Terjemah Mabahis Fii Ulumil Quran, Penerj: Drs. Mudzakir AS(Bogor: Litera Antar Nusa,2011) Hal.36-37

[3] Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta,Bandung: PT Mizan Pustaka, 2016, hlm. 187

[4] David A.J. Tyrrell and Steven H. Myint.  Medical Microbiology. 4th edition.

[5] Pang J, Want MX, Han Ang IY, et al. Potential rapid diagnostics, vaccine and therapeutics for 2019 novel coronavirus (2019-nCoV): a systematic review. J Clin Med 2020;9:623. doi:10.3390/jcm9030623

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun