Mohon tunggu...
Alvin Haidar
Alvin Haidar Mohon Tunggu... Relawan - Chemical engineer in the making

Teknik kimia ITB 2016, Terbentur, terbentur, terus tidur Pembelajar, pelajar, pengajar, terhajar.... Cek ig @sobatgajah yakkk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Main Sejenak ke Taman Kanak-Kanak

9 Desember 2019   13:04 Diperbarui: 9 Desember 2019   13:40 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4 Desember 2019, Bandung, Babakan Ciparay

Sejak saya berada di tingkat awal kuliah sampai tingkat tiga, kegiatan pengabdian masyarakat selalu saya maknai sebagai wadah bagi diri saya pribadi untuk berbagi kebahagiaan, investasi akhirat, dan upaya mensyukuri kecukupan hidup. Hingga di akhir tingkat tiga muncul sebuah pertanyaan, jangan-jangan segala bentuk rasa “berbagi” yang saya lakukan hanya menjadi hasrat pemuas batin semata dan pemenuhan program kerja yang ada? Jangan-jangan dampak tersebut hanya sementara untuk mereka atau bahkan sekejap hilang saat kita melangkah pulang atau kita selesai mengetik LPJ kegiatan?

Bermula dari acara Mozaik Gamifti saat TPB, saya mulai mengenal PAUD Nurul Huda Yayasan Bagea yang  dikepalai oleh Ibu Sumi (dapat dicek di tulisan sebelumnya). PAUD Nurul Huda termasuk PAUD non-formal yang membuka ruang belajar untuk anak-anak jalanan di daerah sekitar Pasir Koja. Singkat cerita, rasa tertarik dengan segala kegiatan dan cerita tentang anak-anak di Bagea mendorong saya untuk sering sharing dan mengajak anak2 jurusan untuk singgah dan belajar dari kisah-kisah Bu Sumi yang mengabdi di Bagea.

Hingga suatu hari, yang tidak bertepatan dengan hari guru, saya ngobrol bareng Bu Sumi terkait kegiatan apa yang cocok dan pas untuk daerah sekitar Kecamatan Babakan Ciparay. Bu Sumi mulai menceritakan hal-hal seputar guru PAUD dan kesejahteraannya. Sebagai orang yang pernah menjadi pejuang hak-hak guru PAUD, Bu Sumi  bercerita tentang peran  guru-guru PAUD dalam mendidik anak-anak pada masa golden age serta perjuangan para guru mencari kesejahteraan bagi sosok yang berperan penting bagi masa depan anak bangsa.

Bagea sendiri terdiri dari 2-3 orang guru yang belum semuanya golongan ASN. Terlepas dari status ASN atau honorer, nyatanya setiap guru-guru PAUD tetap memiliki  kompetensi yang wajib dipenuhi jika ingin mendapatkan sertifikasi. Sayangnya kewajiban pemenuhan kompetensi tersebut tidak selalu diikuti oleh maraknya pelatihan-pelatihan yang memadai apalagi bagi guru-guru PAUD tersebut. 

Berawal dari berbagai cerita dengan Bu Sumi akhirnya saya dipertemukan dengan Bu Iriani, seorang praktisi pendidikan yang sudah melalang buana mengajar dari mulai ITB, SMA, hingga SMK. Kini Bu Ir menjadi bagian dari pengurus Himapaud daerah sekitar Babakan Ciparay dan pengurus di TK Annisa. Melalui obrolan tersebut mulai tercetus ide untuk membuat pelatihan yang tepat guna bagi para guru-guru PAUD sekitar Kec Babakan Ciparay. Hingga muncul ide pelatihan terkait komputer, lantas kenapa komputer?

Potensi dan tantangan dunia IT ke depan terlebih di Indonesia memang sedang gencar. Disrupsi dan inovasi teknologi yang terjadi menuntut setiap orang apalagi mahasiswa harus mampu beradaptasi dengan segala bentuk perubahan yang ada. Saat kita mahasiswa melangkah jauh mencapai kemapanan teknologi tersebut, akan selalu ada sebagian yang tertinggal jauh. 

Sebagian dari orang-orang tersebut ialah sosok seperti  guru-guru PAUD. Padahal, anak-anak yang mereka ladeni ialah anak-anak yang sudah dekat, native, atau akan menghadapi arus teknologi tersebut. Kolaborasi dengan para praktisi kependidikan dan sosial seperti Bu Sumi dan Bu Ir akhirnya mendorong lahirnya pelatihan Microsoft yang simpel dan berusaha tepat sasaran, yakni Word dan Excel.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Di luar dugaan, minat dan semangat belajar guru-guru PAUD dengan kegiatan tersebut sangat besar. Hanya dalam satu hari pendaftar untuk pelatihan tersebut boleh dibilang langsung penuh. Lokasi pelatihan berada di TK Annisa di sekitar kawasan industri yang saya lupa, pokoknya dekat dengan Caringin. 

Saya yang suka mendadak dan tanpa persiapan TOR yang jelas untuk pemateri menjadikan saya berusaha freestyle dengan materi tanpa menurunkan ekspektasi para guru yang hadir. Bermodalkan ilmu word dan excel seadanya lewat pengalaman per TA-an (aka skripsi), saya dan teman-teman dari Himatek serta pemateri lain mencoba memberikan output pelatihan yang mungkin berguna yakni pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Haran (RPPH) dan absensi.

Keramaian khas mak-mak seperti gombalan guru-guru PAUD dan canda khas WA ramai terdengar semenjak memulai acara. Acara dihadiri pula oleh perwakilan organisasi yang saya pun baru dengar eksistensinya seperti Himapaud, IGTK, dan Penilik (waallahu alam itu apaan kagak tahu).  Saat acara dimulai awalnya terdengar mudah untuk mengajarkan membuat tabel, memosisikan tulisan di tengah, atau menebalkan tulisan judul. 

Namun, kadang untuk menyalakan dan mencari aplikasi word-nya saja beberapa guru masih kesulitan. Gak bisa kita kadang asal ngomong fitur “justify” atau “insert” wkwkkw. Meski demikian ada juga ibu-ibu yang semangat belajar dan sudah ngerti karena sedang ngerjain skripsi atau persiapan uji kompetensi.

Interaksi yang terjadi dengan guru-guru membuat teman2 dan saya justru lebih banyak belajar terkait dunia anak2 dan pendidikan dari mereka. Ngobrol bareng mereka mirip kayak sama mak sendiri. Tidak sedikit cerita juga dari Bu Ir yang berkisah tentang perjuangan dan semangat guru-guru PAUD di Sumba dan beberapa tempat di luar pulau Jawa. 

Lewat obrolan selama proses pelatihan, tidak sedikit sosok seperti Bu Sumi, Bu Ir, dan guru-guru PAUD menaruh harapan yang besar kepada Pak Nadiem selaku Mendikbud yang baru apalagi setelah pidato beliau terkait harapan dan tugas mulia guru ke depannya. Terhitung semenjak acara itu selesai, alhamdulillah kesadaran tim himpunan PAUD akan pentingnya hard skill berupa pemanfaatan komputer mulai meningkat. Tanggal 11 mendatang mereka akan melakukan pelatihan kembali terkait penggunaan power point sebagai wadah presentasi.

Makin ke sini saya mulai menyadari semakin saya mencari dan terlibat dengan masyarakat sekitar maka ukuran sebuah manfaat dari kegiatan pengabdian semakin terlihat jelas. Makin menarik karena sekarang saya lebih mengetahui sektor mana yang berdampak oleh bentuk pengabdian yang mahasiswa bawakan. 

Mirip dengan konsep zakat, yang  di awal rasa sekedar kewajiban individu kemudian dari harta yang dikeluarkan ternyata ternyata bisa menjadi penyeimbang ketimpangan sosial dan penggerak roda perekonomian. Kita memang gak bisa melulu menyalahkan pemerintah yang di atas, tapi kita yang bergerak dari bawah dan lebih dekat yang seharusnya lebih peka dengan problem sekitar. Hingga kelak ketika teman-teman yang membaca menjadi pemangku jabatan, teman-teman pernah menjadi saksi dari realita tersebut.

Terdapat ruang-ruang untuk kita beramal dengan apa yang sebenarnya kita punya. Teringat hadis yang menjadi mukaddimah saya di draft sekolah mentor.

“Tiga amalan yang tidak terputus ketika seorang meninggal dunia: sedekah jariyah, anak soleh yang mendoakan, dan ilmu yang bermanfaat”

Harta belum ada, anak belum punya, ya tinggal ilmu. Teringat ucapan Kang Yudhi dosen SBM yang ngingetin kalau jangan-jangan kita baru nyampe di kata “ilmu”-nya saja tanpa “bermanfaat”-nya.

Akhir kata, lagi-lagi dari ruang kelas di TK Annisa saya dan teman-teman memahami bahwa kadang gak perlu tunggu gelar sarjana apalagi gelar sarjana komputer buat bikin pelatihan tersebut. Cukup dengan apa yang kita punya selama ini (kemampuan main word saja) manfaatnya bisa sedemikian rupa. Kalau kata Hasbi aktivis pengmas Himatek, kalau kita sendiri kagak punya ilmunya bisa kok kolaborasi sama yang punya. Mahasiswa memang dilatih untuk menjadi seorang problem solver. Nyatanya jutaan mahasiswa tidak menyadari bahwa menjadi seorang yang finding problem saja kadang susah setengah mati. Wassalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun