Mohon tunggu...
Alvien DeyanPratama
Alvien DeyanPratama Mohon Tunggu... Buruh - Untuk Tugas

someone who curious about something new

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Timpangkah Kesetaraan Gender di Indonesia?

30 Oktober 2020   21:16 Diperbarui: 30 Oktober 2020   21:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemerintah dan berbagai kalangan telah berupaya keras untuk mengatasi kesetaraan gender, namun terdapat banyak permasalahan kesetaraan gender di Indonesia, cukup sulit untuk mendapatkan kesetaraan gender dalam waktu yang singkat. 

Dari apa yang saya lihat terkait dengan ketidaksetaraan gender, ada beberapa solusi yang bisa saya jelaskan di sini. Pertama di keluarga, kenapa? 

Karena menurut saya, keluarga kami diciptakan untuk mengoptimalkan pengembangan diri, peningkatan diri, keterampilan sosial, kreativitas, moralitas. 

Biasanya ketika masih kecil mereka kurang bisa mengelola hobinya, begitu pula anak laki-laki yang mendapat dukungan dalam menekuni hobi seperti permainan bola atau permainan lainnya, sebaliknya anak perempuan harus bisa memasak, menjahit atau mengasuh anak. 

Dari sudut pandang ini, perempuan seolah-olah dididik dan menjadi ibu rumah tangga atau pengasuh yang berbisnis di dapur, bahkan laki-laki harus bisa memasak dengan baik dan membesarkan anak, begitu pula sebaliknya, perempuan juga bisa memanfaatkan olahraga. Latih hobi Anda. 

Selain itu, dari segi sosial, masyarakat Indonesia sering salah memahami gender sebagai gender, yaitu gender laki-laki dan perempuan, sehingga peran tanggung jawab pun berbeda-beda menurut gender. 

Gender adalah pandangan sosial masyarakat yang merupakan hasil konstruksi sosial dan perubahan seiring dengan perubahan zaman, laki-laki dan perempuan memiliki peran, fungsi dan tanggung jawab yang berbeda. 

Dengan banyak dari mereka yang salah mengartikan gender dan gender, masyarakat otomatis meyakini bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi atau menduduki posisi senior di tempat kerja, yang menghambat perkembangan perempuan Indonesia. 

Kemudian sejumlah kecil perempuan juga berdampak pada kekerasan terhadap perempuan, yang bisa berujung pada pemerkosaan atau perdagangan manusia. Solusinya, sebagai generasi milenial kita perlu mengubah pandangan buruk masyarakat ini agar jumlah perempuan bertambah dan kekerasan terhadap perempuan berkurang. 

Saat itu, kesetaraan gender di tempat kerja masih belum jelas, terkadang perempuan tidak mendapatkan hak kerja yang layak atau upah yang layak, bahkan pimpinan pemerintahan masih didominasi oleh laki-laki. 

Meskipun wanita juga bisa menjadi pemimpin, ada banyak contoh pemimpin asing yang sukses. Menurut saya, pemerintah harus berani memberi perempuan ruang atau tempat untuk menjadi pemimpin negeri ini, sehingga masyarakat tidak lagi menganggap perempuan tidak bisa menjadi pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun