Tidak perLu menghubungkan judul tulisan di atas dengan sepak terjang duo sinta jojo, bona papetungan hingaga briptu kamaru. Apalagi menghubungkan dengan perilaku elit politik kita, anggota kelompok 78 PSSI hingga sekumpulan anak SMA labil yang merayakan hari kelulusannya
Jangan pula menghubungkan judul tulisan ini dengan fenomena abege abege sesama jenis yang sudah mulai berani nongkrong dan bermesraan bareng di ruang terbuka. Jangan menghubungkan dengan perilaku segelinitr orang saat ujian sertivikasi yang disiarkan tv. Jangan hubungkan dengan fenomena anak gaul 3 B (Blackberry, belahan dada(maaf), dan behel). Jangan hubungkan pula dengan aparat kepolisian yang buka-bukaan atur damai di pinggir jalan, fenomena percaloan di berbagai birokrasi pemerintah hingga para penipu kecil2an penebar paku di jalan raya.
Saya sebenarnya agak sulit memahami isi berita yang saya kutip dari detik.com barusan. Meskipun ada beberapa yang bisa sedikit saya pahami potongan beritanya yaitu
"Pada akhir 2010 kami melihat bahwa konsumen menahan pengeluaran mereka dengan spekulasi mengenaik naiknya harga BBM di Indonesia. Jadi pada awal tahun ini ketika konsumen melihat bahwa pemerintah tidak memiliki rencana untuk menaikkan BBM, konsumen merasa lebih percaya diri untuk belanja," papar Catherine.”
Jadi fenomena PD yang dimaksud yaitu semangat konsemerisme / berberlanja yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. SUnguh ironi memang di tengah sulitnya ekonomi,. Konsumerisme sebagai produk dari kapitalisme global memang sudah kronis menjankiti bangsa kita.Pendidikan yang semestinya memperbaiki pola pikIr masyarakat tidak berkutik. Yang ada justru banyak sekolah yang disponsori oleh perusahaan-perusahaan besar. Brand sudah masuk ke sekolah-sekolah. Sekiranya saja pemerintah betul betul melindungi usaha rakyat kecil dalam negeri tentu saja fenomena “PeDe” ini akan berdampak positif. Sayangnya yang terjadi justru adalah mudahnya barang barang impor masuk ke pasar kita dengan harga murah yang mematikan pengusaha local.
Semangat konsumerisme mendorong banyak orang untuk berlomba-lomba mencari uang dengan berbagai cara untuk memuaskan nafsu belanjanya. Materialisme menjadi gaya hidup dan merusak sendi sendi budaya ketimuran yang tertanam di diri kita sejak dulu
Jadi bagi anda yang membaca tulisan saya dari awal tadi kesimpulanya sederhana, mari kita hubungkan dua paragraph paling bawah dengan tiga paragraph teratas. Sangat berhubungan bukan !
Salam