Mohon tunggu...
Alve Hadika
Alve Hadika Mohon Tunggu... Buruh - Simpatisan Lingkungan

~

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Andaikan Teori "Emotional Bank Account" Diimplementasikan pada Alam

2 September 2018   12:59 Diperbarui: 3 September 2018   11:49 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metode Emotional Bank Account (EBA), yang ditenarkan oleh Stephen Covey, merupakan metode yang kerap kali digunakan oleh manusia dalam berinteraksi dengan keluarga, rekan kerja, teman, dan interaksi-interaksi dengan manusia lainnya.

Sejauh ini saya belum pernah mendengar manusia dengan sengaja mempraktekkan metode ini kepada elemen non-manusia. Sebenarnya EBA itu apa sih? Nah, saya mau coba share bagi temen-temen yang mungkin belum tau.

Gampangnya gini, EBA itu kayak kita lagi nabung di Bank. Nah, di Bank kita nabung dan narik dalam bentuk uang kan. Bedanya, di EBA kita nabung dan narik dalam bentuk emosi.

Misal, saya lagi di kantor, ngga lama Wati datang ke kantor dengan muka yang sumringah, ngasih senyum ke saya, nyapa "selamat pagi" dengan lembut, dan bawain gorengan buat saya. Setelah apa yang dilakukan Wati, kira-kira dia ngasih emosi positif atau negatif kah ke saya? Ya, tentu positif dong ya, karena ga mungkin rasanya sesorang kesel atau marah dikasih service seperti yang Wati berikan ke saya.

Setelah beberapa menit, Joko datang dengan muka kusut, cemberut, bahkan ngomel-ngomel ketika saya belum membuang plastik sisa gorengan tadi. Hal ini tentu membuat Joko seolah-olah telah menabung tabungan emosi negatif ke saya.

Setelah jam makan siang, Joko tiba-tiba datang ke meja saya, dan meminta saya untuk membantunya mengerjakan pekerjaannya. Dan berbarengan dengan itu, Wati juga menghampiri saya, juga meminta saya untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya.

Logisnya, kerjaan siapa yang lebih dulu akan saya kerjakan? (tentu, tanpa melihat substansi isi pekerjaannya ya, ini dimisalkan jika porsi kerjanya sama-sama penting). Wati yang telah memberikan emosi positif tadi pagi, dan Joko dengan omelannya, tentu saya akan lebih memprioritaskan membantu Wati terlebih dahulu.

Artinya tabungan emosi positif-nya Wati, mendorong saya untuk lebih ingin membalas kebaikannya, sedangkan tabungan negatifnya Joko mungkin akan menyulitkannya jika ingin berkomunikasi atau meminta sebuah hal kepada saya.

Intinya, di teori ini, kita ditugaskan untuk memberikan tabungan positif sesering-seringnya kepada banyak orang yang ada di sekitar kita. Agar kita bisa lebih mudah dalam berinteraksi atau meminta sesuatu kepada seseorang tersebut.

"Semakin banyak tabungan emosi positif kita, semakin mudah kita untuk menyampaikan pesan/meminta sesuatu kepada orang lain "

Nah sekarang, gimana kalo teori EBA kita implementasikan kepada alam?

Pernah ga, kepikiran kalo semua hukuman alam yang kita rasakan selama ini, merupakan efek dari tabungan emosi negatif  yang kita berikan ke alam? Mungkin gempa, banjir, atau bencana alam lainnya ini merupakan ulah kita yang  "tidak sopan" kepada alam? Ibarat kasus tadi, apakah selama ini kita ngasih "gorengan", atau malah "ngomel-ngomel" ke alam?

Saya pernah membaca sebuah artikel, dimana ada sebuah keluarga yang hidup berdampingan dengan seekor singa.

Jika dari awal keluarga ini memberikan emosi yang negatif, mungkin singa ini telah menjadikan mereka sebagai makanannya.

Namun, karena si singa di service layaknya keluarga, singa yang notabene-nya adalah aspek alam dan buas, berubah menjadi seekor peliharaan yang disenangi oleh keluarga tersebut. Hal ini merupakan contoh kecil dimana alam dapat diajak kerjasama asalkan manusia mampu menanamkan emosi positif kepada mereka.

Ya, kita jadikan semua yang telah lampau menjadi peristiwa berharga, jangan sampai emosi-emosi negatif berulang terasa oleh mereka.

Tabungan-tabungan emosi positif ini dapat berupa apapun, yang penting bertujuan untuk menjaga, melestarikan dan konservasi.

Hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, atau mulai tumbuh bersama alam seperti mulai menanam pohon di pekarangan, atau bagi yang bisa berperan besar, mungkin bisa menghentikan kerusakan lingkungan, seperti pencegahan pembakaran hutan, penangkapan pemburu satwa liar, dan lain-lain, ini merupakan langkah kita dalam memberikan emosi positif kepada alam.

Saya berasumsi, jika sikap positif ini marak dilakukan oleh masyarakat, maka alam pun tak segan untuk memberikan dampak positif langsung kepada kita. Mungkin langsung hari ini, besok, atau suatu saat nanti.

***

Alve Hadika

Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun