Mohon tunggu...
Alung De Moore
Alung De Moore Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ajining rogo soko busono, ajining pikir soko ilmu, ajining jiwo soko agomo.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Karena Sang Kodok Terlalu Mungil

1 Desember 2014   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kolam yang sangat luas, seluas kolam  tempat mandi para putri raja di jaman Majapahit terdapatlah sekumpulan ikan, kecebong, kodok, dan beberapa ular serta lintah. Mereka berebut tempat di kolam yang tengah dibanjiri air oleh karena hujan semalaman tidak berhenti. Di bawah pohon lompong (talas), terdapat beberapa ikan kecil menyusuri sela-sela rimbunnya tepian kolam yang ditumbuhi rerumputan dan semak belukar.

Sementara rintik hujan masih membasahi bumi dan menambah volume air di kolam itu, terdapat segerombolan kodok yang sedang bersahut-sahutan, menyanyikan lagu cinta dan kasamaran dengan segerombolan kodok yang lainnya di tempat yang agak berjauhan di sekitaran kolam itu.

Kodok-kodok itu berpasang-pasangan, bahkan sudah ada yang saling menindih untuk bercumbu dan larut hasrat cinta hewani memuaskan dahaga yg telah lama dipendam semasa musim paceklik (kemarau). Sementara ada satu lagi katak mungil yang masih sendiri membisu dalam keriuhan suka cita teman-temannya yang bersahut-sahutan dalam gelora asmara di bawah rintik gerimis. Tampak murung sang kodok mungil itu mendapati dirinya dalam kesendirian tanpa pasangan.

"Ah sial sekali aku ini". Gerutu sang kodok mungil pada hujan, pada rumput, pada tepian kolam dan pada siapapun yang ia jumpai.

Hingga tiba waktunya, sang kodok lain yang tambun dan selesai bercinta dengan pasangannya menghampiri kodok mungil itu.

"Wah, semuanya sedang berpesta pora dalam kegembiraan, kenapa kamu murung bermuram durja begitu?. Bercintalah, seperti yang lain-lain!". Ucapk sang kodok tambun menghibur sang kodok mungil.

"Bagaimana mungkin aku akan bercinta dengan kodok betinaku, sedangkan aku terlalu mungil untuk mencumbuinya?, dia selalu menolakku setiap kali aku ajak bercinta. Tolong, berilah aku nasihat sekali ini saja agar aku bisa merasakan nikmatnya bercinta dengan kodok betinaku yang jauh lebih besar dariku". Ucap sang kodok mungil memelas.

"Haha...jangan bersedih mas brow. Baiklah, aku akan memberikan nasihatku agar engkau dapat bercinta dengan kodok betinamu itu. Tapi dengan catatan, jangan pernah salahkan aku atas nasihatku itu". Begitu kata-kata sang kodok tambun dengan sedikit meledek puas sang kodok mungil.

"Baiklah. Aku akan tanggung segala resikonya, yang terpenting aku bisa bercinta dengan kodok betinaku". Ucap sang kodok mungil dengan wajah sumringah dan girang bukan kepalang.

Dalam bathin sang kodok mungil, bersuka cita karena akhirnya akan ikut merasakan nikmatnya bercinta dengan kodok betinanya. Sang kodok mungil merasa akhirnya akan bisa memuaskan birahinya yang telah lama buntu, dipasung oleh keadaannya yang terlalu mungil.

"Apapun yang terjadi mas brow?" kata sang kodok tambun meminta konfirmasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun