Mohon tunggu...
Widyanarto Wibowo
Widyanarto Wibowo Mohon Tunggu... Gigolo -

Saya menyukai forensik data makroekonomi, spekulan mata uang, belajar banyak dari manajer investasi lulusan MIT, para bankir Goldman Sachs NY, turing motor, dan penyuka parfum Armani. Saya ingin menjelaskan tren makroekonomi dengan data historis serta bahasa yang sederhana dan semoga mudah dipahami pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menunggu Godod di Tengah Kekeringan Likuiditas Daya Beli

10 Oktober 2017   16:58 Diperbarui: 10 Oktober 2017   17:04 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Survei Penjualan Eceran Agt BI

Setelah pada tulisan terakhir saya mengartikulasikan data pelemahan ritel dari semua pelaku yang dirangkum dalam apa yang disajikan katadata, https://www.kompasiana.com/altitudeextreme/59d6084f0f64db29ed0a3c52/bendera-setengah-tiang-berkibar-di-depan-pasar, maka kali ini saya kembali mengungkap kebersinambungan antara data inflasi inti yang terus melemah dengan survei ritel BI bulan Agustus dimana secara year on year ritel menunjukkan pelemahan signifikan dari data tahun 2016 yang menunjukan bahwa ritel masih tumbuh dua digit dan  di bulan Agustus tahun ini hanya menelurkan angka dibawah 5% atau tepatnya sebesar 2% secara median menunjukkan adanya lower low dari lower high di bulan puasa dan lebaran yang menjadi barometer likuiditas, secara garis besar sudah in line dengan garis median model yang saya tulis  sebelumnya bahwa dengan adanya lower low maka hampir bisa dipastikan garis median trend akan mengarah ke zero growth.

chn5-59dc97bb79c3b126f45d9882.png
chn5-59dc97bb79c3b126f45d9882.png
riteldata1-59dc982e9e0d884a0d0ddf32.png
riteldata1-59dc982e9e0d884a0d0ddf32.png
Dan pada akhirnya ketika likuiditas terus terserap secara masif dengan adanya peningkatan utang jatuh tempo di 2018 dan 2019 yang akan diterjemahkan secara fiskal dengan peningkatan target pajak yang masif, maka tren yang akan datang ritel akan menjadi negatif, yang dimungkinkan akan lebih cepat mendorong koreksi PDB ke depan. 

Tentu saja pemerintah akan berusaha mengganti pertumbuhan yang hilang dengan menambah jumlah utang agar tampak hasil PDB mendekati tujuan, sementara data inflasi terus akan mengingkari kepalsuan demi kepalsuan data pertumbuhan yang sebenarnya dengan adjusted inflasi di level 3% maka PDB hanya sekitar 2% saja..sesuai bukan dengan jumlah yoy ritel?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun