Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecap Memang Tidak Mesti No 1, Presiden Petruk Kasihan

1 Februari 2016   15:56 Diperbarui: 1 Februari 2016   18:12 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak bisa swala aku hanya mahluknya yang tidak tahu diuntung seekor lalat yang bisa masuk istana dan selalu mengganggu soal istrahat sangpresiden hanya aku dan nyamuk yang bisa masuk dan keluar istana negara dengan gagah dan  bisa "nguping' sana sini tentang proyek.

Bahkan sang pengawak presiden banyak yang ibuat tekuk lutut dan hormat pada kami, anehnya hanya semut yang di habisi karena semut sok tahu dan gemar membocorkan rahasia"negera" berhubungan dengan apa, bagaimana dan mengapa mega proyek harus bisa diteken oleh bapak presiden Petruk, tanpa tahu bahwa dibelakangnya masih" ada masalah buat kalian".

Nampakny inilah yang di buat oleh grup kami lalat dan nayamuk menunggu"keplesetnya" lidah sang presiden petruk dan mau teken dengan"kaca mata kudanya" tanpa pertimbangan dan "iguh para intelejen sang semut, orong, orong dan kutis yang mencoba membantu bapak untuk mengingatkan, cenderung "digusah " dan malahan "hampir dimusnahkan'.

Apakah kamu tahu bahwa kami  coro dan  orong-orong, semut dan kutis duah tidak didengar lagi oleh bapak presiden petruk yang didengar ya lalat yang bermuka sipit dan nyamuk yanagbermuka lebar.

Maka nampaknya kesempatan tkus untuk emnarik lebih banyak" para korupsionis "dari negeri pertikusan, nampaknya mas presiden Petruk luput dari semua ini, tidak eling dan waspada(kata pujangga sebelah Ronggo warsito).

Apakah inikah revoulsi "menta"l itu??". hanya angin yang tahu dan bergemuruh. 

Nampaknya romo semar juga sudah tahu, inilah yang membuat ngak enak dihatinya, bagimanapun inilah yang  harus di"luruskan" oleh sang pemomong ini"

"tidka percaya lha teken kok masih ada-ada saja " keluh ajudan ndalem mas Gareng yang konon juga dicalonkan emnjadi kepala BINK (badan intelejen negeri kepetrukan) inilah yang membuat gundah gulana

"slah teken, tidak masalahg bisa direvisi kok" kata mas Bagong  disebelahnya.

Tidak semua kegalauan dari bapak presiden bisa  dihiburnya ternyata lalat dan nyamuklah sang biang keladi"keplersetnya bapak" .

"aku juga tidak tahu itu benar-benar tidak tahu " keluh sang coro dan kutis tanah mengamini, kami berupaya janganteken dulu tetapi inilah " nsi sudah menajdi bubur" buburnya  asinlagi' keluh sang kutis tanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun