Kasus jesika kopi maut, drmo 411, 212 dan 412, tampak keberpihakan media pada kepentingan"politik",mereka sebagai bagian penting dari pilar reformasi sekarang saya pertanyakan independensi mereka dalam penayangan informasi ke ranah publik.
Kasus ahok besok menjadi topik tolok ukur apakah media kita dapat beimbang dalam mewartakannya lihat dan jadi saksi betapa kasus semi dan berbau sara ini.sebagai diskusi dan pengetahuan dimedia langsung tv nasional dan lainya karena ternyata ada persaingan dari beberapa kelompok raksasa media di tanah air ini karena udara ranah kominikasi kelak akan diuji oleh kita para penikmat informasi, berits dan peristiwa  kita harus cerdas dalam menerima infotmasi (langsung) terutama dari tv nasional, streaming, dan pesan medsos ke medsos soalnya "sakdawa lurung luweh dawa gurung" panjang jalan (gang) lebih panjang tenggorokan (bicara, omongan) orang.
Betapa informasi bisa seperti pisau bermata dua ( lihat kasus buni yani penggugah video ahok!) maka kita harus aktif jaga diri .
Alasan jaga diri kita:
1. Banyak tv,/media nasional tunduk pada pemilik modal
2. Jangan makan mentah informasi dimedia massa apapun
 ( perut bisa sakit karena belum dimasak dan unsur berita barundari pihak kurang lengkap narasumbernya,)
3. Ojo gumunan, mereka media massa khusus nasional hanya blowup kasus besar saja kurang peduli dengan keingintahuan publik contoh : ,mengapa lho porsi berita pilkadal DKI lebih banyak porsi tayangnya daripada pilkadal lokal daerah lainnya??)
4.Anggap info media nasional hiburan saja toh kita yang kontrol remote kita!
5.Mawas diri kita dan pemilik modal tv nasional dan medsos untuk tayangan yang arif dan bijak infonya
Saran