Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Pelukis Kiri

28 September 2022   09:45 Diperbarui: 28 September 2022   09:58 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang pelukis kiri

Tentara itu membentaknya dan sedikit melotot di depan diri dan anak istrinya.

"Siapa kamu dan tugas kamu sebagai apa di PKI ini?" Bentak tentara dan pemuda ormas disekelilingnya. Resiko karena Lekra tempat bernaung berkeseniannya adalah underbow PKI, "terus terang saya tidak tahu politik" jawabnya lirih. "Lihat postermu, lukisanmu itu ada..lihat dengan jelas.."seraya tentara itu mendongakkan wajah dengan kasarnya. 

Anak istrinya melihat dengan takut dan memangis diruang kecil rumahnya. "Angkut bawa pak"sorak para pemuda yang melihat tertangkapnya seorang pelukis yang mereka anggap seorang PKI. Semua yang ada diruangan itu dilihatnya satu persatu, sebagaian adalah tetangganya dan masih ada sanak family. 

"Resiko, kudetamu gagal, kamu PKI harus masuk bui "bentak sang tentara kepadanya. "Kemarin juraganmu sudah kami habisi karena lari kami tembak seperti menembak tikus dari lumbung, tahu kamu?" Bentak para serdadu lain. Beberapa pemuda menenteng samurai dan pedang terhunus untuk merencak sang seniman namun emosi mereka dilampiaskan dengan merusak lukisan, poster dan alat lukis di ruang itu.

Baca juga: Cerpen untuk Sri

Semua sudah takdir zaman dan itu harus terjadi sejarah seakan mengulang ketika sang Ken Arok berhasil mengkudeta Tunggul ametung dan menjadikan diri Raja Singasari namun sejarah juga membuktikan ketika kudeta di kerajaan Majapahit gagal total karena kuatnya sang patih Gajah Mada. 

Sandi terdiam melihat bapaknya digelandang bagai pesakitan. "Melukis untuk tetap hidupkan jiwa, tentang uang yang bapak dapat itulah rezekiNya lewat orang-orang " kata bapak satu ketika ketika kami makan malam dibalai-balai ruang tengah kami. Ruang yang mendadak sepi semua diangkut oleh para tentara dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan atas bapak.

"Lukisan ini kami sita entah kami mau apa, jadi bukti lalu kami bakar atau musnahkan ini mengandung unsur PKI tahu?"kata orang-orang yang sedikitpun tidak menyiratkan ramah kepada kami.

PKI membuat kami seakan kehilangan segalamya, bapak hanya cari makan semua masalah politik dia tidak mau tahu, namun semua teman bapak di Lekra hilang semua dibawa dan diangkut entah kemana. Sebagaian aparat desa dan keamanan menyimpan rapat semua rahasia Penguasa Orde Baru ini. Mereka tidak mau tahu dan menyimpan rapat rahasia pembersihan 1965 ini.

Aku baru tahu pertarungan ideologi dan pertaruhannya seakan menjadi kuldesak di negeri ini adalah nyata adanya.

"Bapak terlibat PKI bu,?" Ketika aku bertanya kepada ibuku tidak tahu mengapa tidak ada jawaban sampai detik ini dan aku tahu kegelisahan ibu sampai akhir hayatnya hanya berkata "bapakmu hanya cari makan dengan melukis". Setelah Orde Baru tumbang ada kabar dari pensiunan tentara yang pernah aku dengar sebab melaksanakan tugas beberapa orang PKI termasuk bapak sudah dibuang ke Nusakambangan dan Digul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun