Puasa sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasa
Beda penentuan awal puasa sangat terbuka ketika pemerintah dengan sidang isbat yang live di tv nasional seakan pengumuman kemenag itu dianggap angin lalu.
Namun Sebagian besar ormas keagamaan malah sudah maju termasuk Muhammadiyah yang terbesar di negeri ini sudah tentukan jumat malam sebagai hari awal puasa.
Sementara di kalangan NU manut dengan pemerintah karena benar hilal di 101 titik tidak tampak walau dilihat dengan mata maupun teknologi.
Metode Rukyat dan hilal bukan suatu yang membuat semua ini berbeda tetapi syarat dan penafsiran ormas dan pemerintah bisa jadi beda karena butuh ketelitian dengan kedua metode ini.
Semoga perbedaan ini menjadi hikmah untuk umat islam di negeri ini di tengah sulitnya umat untuk meraih mimpi kesejahteraan ekonomi minyak goreng mahal, sembako mahal dan naiknya harga BBM.
Sungguh puasa ini adalah sebagai tolok ukur dari ajaran kanjeng Nabi Muhammad SAW yang ajarkan bahwa puasa ini sepenuhnya untuk Allah Swt dan inilah yang harus kita ambil hikmahnya
Puasa sebagai bentuk perlawanan
Puasa bisa jadi adalah tolok ukur kita atas nafsu kita yang hanya kita untuk bisa mengendalikannya.
Karena sekali lagi kahanan, situasi kekinian menghendaki, lihatlah inilah ramadhan yang bebas dari rasa takut kita atas pandemi corona, ramadhan ini juga yang sekarang bisa bebaskan kita dari rasa ini walau tantangan ekonomi global karena aneksasi Rusia terhadap Ukraina juga berpengaruh terhadap dapur kita.