Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Bayu

22 November 2021   11:39 Diperbarui: 22 November 2021   12:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang Bayu

Sayyid jumianto

Seruni tidak yakin dengan pilihan hatinya semua yang mendekatinya punya niat dan maksud yang berbeda.

"Aku hanya bisa tentukan bila ketulusan yang mereka pamerkan bukan harta benda"katanya kepada ibu dan saudaranya

Semua orang memandang sebuah idealisme yang keblinger walau itu sudah sebuah prinsip dari hidupnya saat ini.

Semua orang tahu masa lalu yang menyakitkan hatinya, masa yang telah kelak membuat hatinya seakan tertutup oleh keadaan yang dihadapinya saat ini

Makam itu jadi saksi hidupnya merasa hilang separuh cinta serta harapannya tinggal kenangan yang tidak bisa dilupakan saat ini.

Semua sebab itu karena dirinya yang membuat korban berjatuhan selalu menyalahkan dirinya yang menjadi sebab semua ini.

"Aku tidak menyangka"tatapan sedih itu selalu terbayang di benaknya

Ketika pertarungan berdarah itu tidak hasilkan apa-apa yang ada kesedihan semua orang dan semua orang menyalahkannya karena peristiwa itu semua tidak menghendakinya.

"Wes, sudah takdirmu nduk"kata bapak ibunya kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun