Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bali Mulih

15 Agustus 2021   18:34 Diperbarui: 15 Agustus 2021   18:33 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bali mulih

Sayyid jumianto

Pokoke kudu bali, sakwise ameh limang tahun dadi buruh neng Jakarta. Harus itulah pilihan karena sudah tidak ada lagi pekerjasn di sini. 

Semua pekerjaan kasar, pertukangan sudah selesai konstruksi banyak yang dipending. 

Entah ini seperti krisis 1998 namun ini berbeda sekali, semua karena wabah yang belum berakhir sejak periode maret 2020. Hampir dua tahun inilah ujian dan harapan menggerus asa. ,"wingi sak omah podo ke papar virus, mas disitu semoga tetap sehat ya"itulah pesan di Hp yang buatnya gundah.

 Semua keluarga di rumah harus isolasi mandiri dan semua wajib, karena sebab bahanya virus ini. 

"Nek didelok, kalau dilihat pak dhe yang jualan angkringan dikota yang bawa virus ini mas" kata istriku lagi.

"sabar, tuku vitamin, obat lan maem buah "jawabku kolosemono. "Sampun, ini sudah mas" jawaban yang buatnya ingin selekasnya pulang ke Jogja.

Setelah vaksinasi aku tetap tes tes pcr dan genouse aku tetap gelisah bagaimanapum semua yang ku usahakan harus berati untuk semuanya. 

Aku ingin lihat senyum sumringah mereka, dengan duit sedikit yang aku bawa. 

Boneka barby untuk sibungsu dan hp murah aku bawakan untuk sisulung. Semua aku siapkan bila keadaan tidak seperti yang aku harapkan kelak. "Mari pak silahkan masuk"kata pramugari kereta api padaku antrian yang sedikit melelahkan tes genose, tes suhu dan harus tetap jaga prokes senyumku tidak bisa menghilangkan gundah rasa di sudut hatiku yang terdalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun