Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Pantai (9) Birunya Laut

20 Mei 2021   18:36 Diperbarui: 20 Mei 2021   18:53 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak pantai (9)

Waktu telah buktikan banyak orang yakin pantai adalah tempat melepaskan segalanya. Melepaskan cinta, melepaskan rasa syukur padaNya juga melepas segala suka dan duka.

Melepaskan segala kerinduan pada semua kekasih hati dan rasa yang tak terbendung. Birunya laut membuat seakan lautan pelepas kangen dan rindu.

Birunya laut

Bukan ku tidak bersyukur
Tetapi semua karena takdirNya
Kita yang jalani
Bila kita bertakdir baik syukurilah
Andai nasibnya belum beruntung hadapi dengan senyuman
Itulah dunia

Kadang buat bahagia itu simpel pergilah ke pantai berteriaklah sekencang mungkin dan rasakan dirimu terhempas angin laut yang bergerak seiring ombak meluncur ke tepian bibir pantai ini. 

Bila belum rasamu terlepas lega bermainlah dengan pasir pantai dan tunggu riak pantainya mendatangimu.

"Sepertinya pelajaran berharga sedang dimulai," sahutku pada kakak. "Tentang deburan ombak yang kita harapkan," kata kakak padaku.

"Panasnya sinar matahari buat legam tubuh-tubuh nelayan tidak surutkan langkah bentangkan layar kapal ke tengah samudera biru" kataku lanjurnya. 

Dok.pri
Dok.pri
"Puitis benar-benar puitis belajar dari mana dik?" Tanya kakak padaku. 

"Dari buku puisi di kamar kakak," sahutku spontan dan kakak terperangah padaku. 

"Semuanya penuh harapan menanti panen ikan," inilah yang buatku gusar karena bertepatan dengan bulan juni dan juli aku harus hadapi ujian semesteran tentu tidak bisa nikmati panen ikan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun