Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Pantai (3)

10 Mei 2021   16:20 Diperbarui: 10 Mei 2021   17:06 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak pantai (3)

Sayyid jumianto


Susah memang ramadan yang penuh ujian karena pandemi corona ini yang belum berakhir biasanya suasana kampung kami sedikit ceria karena yang mudik berbagi cerira ketika mereka mboro ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Sore yang ceria hanya anak-anak kampung yang satu dua nyalakan mercon kertas kecil sekedar nyalakan kebahagian ramadan kali ini walau kadang banyak orang dewasa yang marah mendengar suara gaduh tawa dan ledakan mercon itu

" sana di pantai nyalakannya ini pakde sedang sakit gigi" sontak anak-anak itu pergi entah kemana, tetapi mereka sebenarnya kreatif buat mercon sendiri dengan pentol korek api untuk disulut sendiri ada juga yang buat dari busi motor bekas yang di namakan bedor masih dengan amunisi pentol korek lalu di isikan di lubang busi dan di lempar jatuh duarr  tidak keras juga tetapi tanggung bisa ganggu kuping orang.

Waktu memang berkata lain liburan panjang corona semakin menjadi hampir setahun semua belajar online serasa harus semua di selesaikan sendiri karena alasan virus ini semua murid harus sekolah daring. 

"Wes, sudah main hpnya bantu simbok buat buko sore ini" seru simbok padaku. Semua berjalan apa adanya kakak biasanya sabtu sore baru pulang maklum jadi buruh ikut juragan keturunan cina di pabrik kecap di kota ini. Itu yang satu-satunya aku rindu ini jumat sore nanti kakak pulang. 

"Nduk, malah ngalamun "aku langsung bergegas ke pawon bantu simbok masak sore ini.

Ramadan yang benar-benar sepi hanya kadang jumpa teman lewat hp atau kebetulan waktu sama-sama ambil tugas di sekolahan.

"Iseh ngalamun to nduk, jangan ngalakun ya nduk, wes arep bakdo kok" kata ibu padaku

"Oh nggih , ya bu"jawabku singkat  hanya kakak yang aku harapkan cerita tentang kota yang gemerlap dan kedatangan bapak yang selalu membawa oleh-oleh ikan seleksi yang di bawa pulang untukku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun